| 1 komentar ]

Heran, kenapa setiap musisi sekarang itu selalu saja berteriak tentang cinta. Apakah cinta itu sedemikian hebatnya hingga mampu mendominasi ilham-ilham yang masuk ke dalam kepala setiap musisi, sehingga lagu-lagu yang tercipta selalu saja seputar cinta? Atau karena cinta adalah satu-satunya kunci sukses menarik perhatian pendengar?

Memang sih, cinta itu kalau dikomersilkan bisa mnejadi produk yang laris. Tapi bosan, ah, kalau harus mendengar cinta-cintaan terus. Bayangkan jika cinta itu sepotong paha ayam yang lezat, tapi selezat apapun rasanya jika dicekoki terus, ya, bosan. Ya, nggak?

Lagian yang bicara cinta bukan hanya di musik tok, ada cerpen, ada novel, ada sinetron, dan ada juga media cetak khusus yang merangkum cerita-cerita cinta. Lantas kalau dunia musik ikut di dominasi lagu-lagu cinta, jadinya gimana gitu. Padahal musik kan, bukan sekedar potongan-potongan nada cinta yang terangkai dalam satu bingkai, bukan… bukan hanya itu. Musik memiliki kekuatan, semangat, dan dibalik keindahan itu, musik bisa mengiring jutaan manusia dalam satu ideologi.

Lihatlah Bob Marley, dengan musiknya ia mengibarkan semangat anti rasis yang kemudian membawa rakyat Jamaika kea lam baru yang lebih baik. Atau silahakn tengok Sex Pistol di Inggris yang begitu keras meneriakkan anti colonial, aborsi, kekejaman, fasis dan apartheid hingga nama mereka di blasclist pemerintah setempat, atau tak perlu jauh-jauh keluar negeri, disini pun ada Iwan Fals yang ‘suka’ menyentil kuping pejabat hingga sering kali konsernya dicekal.

Sayang, kita hanya bisa mengenang dan mungkin sedikit berharap lahirnya Iwan Fals-Iwan Fals baru. Namun agaknya harapan tersebut harus di kubur dalam-dalam mengingat musisi-musisi sekarang lebih asyik mengutak-atik cinta.

Menciptakan lagu memang sepenuhnya hak mereka. Tak ada peraturan membuat lagu harus begini dan begitu, harus berisi ini atau itu. Lagu-lagu bertema social saat ini kurang diminati. Kalau kurang diminati berartinya lagu tersebut kurang laku dan itu adalah bencana. Memang bukan sepenuhnya salah musisi, kita juga punya andil yang besar dalam kesalahan ini. setidaknya, mereka membuat lagu berdasarkan selera pasar itu adalah kita sendiri.

Lagi pula sat ini bukan saat yang tepat untuk saling menuding. Karena dari pada saling melempar kesalahan lebih baik kita sama-sama bercermin. Lagu-lagu cinta boleh dan memang manusiawi karena manusia memang membutuhkan itu. Namun ketika lagu-lagu tersebut mendominasikan justru disaat saudara-saudara kita berteriak meminta kepedulian, itu yang tidak boleh terjadi. Kita boleh terlena oleh lagu cinta, tapi jangan karena itu lantas kita menempatkan saudara-suadara kita yang menderita sulit disentuh. Padahal mereka begitu dekat, didepan mata kita.

1 komentar

Anonim mengatakan... @ 19 Oktober 2008 pukul 16.29

Lagunya klo ga tentang cinta ga bakalan laku bos di Indo.

Posting Komentar