PANGERAN YANG KECEWA
Pada tahun 1892, tepatnya pada tanggal 20 Mei tahun tersebut, seorang jabang bayi terlahir sebagai anak ke-55 dari Sri Sultan Hamengku Buwono VII, sultan yang bertahta di kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Jabang bayi tersebut diberi nama BRM (Bendara Raden Mas) Kudiarmadji. Ibundanya bernama BRA (Bendara Raden Ayu) Retnomandoyo, putri Patih Danurejo VI yang kemudian bernama Pangeran Cakraningrat. Demikianlah, BRM Kudiarmadji mengawali lelakon hidupnya di dalam kraton sebagai salah seorang anak Sri Sultan yang jumlah akhirnya mencapai 79 putera-puteri.
Seperti saudara-saudaranya yang lain, Bendara Raden Mas Kudiarmadji bersama-sama belajar di Sekolah Srimanganti di dalam lingkungan kraton. Tingkat pendidikan sekolah ini kurang lebih sama dengan sekolah dasar sekarang. Selepas dari Srimanganti, dilanjutkan dengan kursus Klein Ambtenaar, belajar bahasa Belanda, Inggris, dan Arab. Setelah selesai kursus, bekerja di gubernuran selama 2 tahun lebih.
BRM Kudiarmadji mempunyai kegemaran membaca dan belajar, terutama tentang sejarah, filsafat, ilmu jiwa, dan agama. Pendidikan agama Islam dan mengaji didapat dari K.H. Achmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Ketika menginjak usia 18 tahun, Bendara Raden Mas Kudiarmadji diangkat menjadi pangeran dengan gelar Bendara Pangeran Harya Suryomentaram.
Tahun demi tahun berlalu, pena kehidupan mulai menuliskan kisahnya. Sedikit demi sedikit Pangeran Suryomentaram mulai merasakan sesuatu yang kurang dalam hatiya. Setiap waktu ia hanya bertemu dengan yang disembah, yang diperintah, yang dimarahi, yang dimintai. Dia tidak puas karena merasa belum pernah bertemu orang. Yang ditemuinya hanya sembah, perintah, marah, minta, tetapi tidak pernah bertemu orang. Ia merasa masygul dan kecewa sekalipun ia adalah seorang pangeran yang kaya dan berkuasa.
KABUR
Dalam kegelisahannya, pada suatu ketika Pangeran Suryomentaram merasa menemukan jawaban bahwa yang menyebabkan ia tidak pernah bertemu orang, adalah karena hidupnya terkurung dalam lingkungan kraton, tidak mengetahui keadaan di luar. Hidupnya menjadi sangat tertekan, ia merasa tidak betah lagi tinggal dalam lingkungan kraton. Penderitaannya semakin mendalam dengan kejadian-kejadian berturutan yang menderanya, yaitu:
1. Patih Danurejo VI, kakek yang memanjakannya, diberhentikan dari jabatan patih dan tidak lama kemudian meninggal dunia.
2. Ibunya dicerai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan dikeluarkan dari kraton, kemudian diserahkan kepada dirinya.
3. Istri yang dicintainya meninggal dunia dan meninggalkan putra yang baru berusia 40 hari.
Rasa tidak puas dan tidak betah makin menjadi-jadi sampai pada puncaknya, ia mengajukan permohonan kepada ayahanda, Sri Sultan Hamengku Buwono VII, untuk berhenti sebagai pangeran, tetapi permohonan tersebut tidak dikabulkan. Pada kesempatan lain ia mengajukan permohonan untuk naik haji ke Mekah, namun ini pun tidak dikabulkan. Karena sudah tidak tahan lagi, diam-diam ia meninggalkan kraton dan pergi ke Cilacap menjadi pedagang kain batik dan setagen (ikat pinggang). Di sana ia mengganti namanya menjadi Notodongso.
Ketika berita perginya Pangeran Suryomentaram ini didengar oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII, maka Sultan memerintahkan KRT Wiryodirjo (Bupati Kota) dan R.L. Mangkudigdoyo, untuk mencari Pangeran Suryomentaram dan memanggil kembali ke Yogyakarta. Setelah mencari-cari sekian lama, akhirnya ia ditemukan di Kroya (Banyumas) sedang memborong mengerjakan sumur.
PULANG
Pangeran Suryomentaram kembali ke Yogyakarta meskipun sudah terlanjur membeli tanah. Mulai lagi kehidupan yang membosankan, setiap saat ia selalu mencari-cari penyebab kekecewaan batinnya. Ketika ia mengira bahwa selain kedudukan sebagai pangeran, penyebab rasa kecewa dan tidak puas itu adalah harta benda, maka seluruh isi rumah dilelang. Mobil dijual dan hasil penjualannya diberikan kepada sopirnya, kuda dijual dan hasil penjualannya diberikan kepada gamelnya (perawat kuda), pakaian-pakaiannya dibagi-bagikan kepada para pembantunya.
Upayanya itu ternyata tidak juga menghasilkan jawaban atas kegelisahannya, ia tetap merasa tidak puas, ia merindukan dapat bertemu orang. Hari-hari selanjutnya diisi dengan keluyuran, bertirakat ke tempat-tempat yang dianggap keramat seperti Luar Batang, Lawet, Guwa Langse, Guwa Cermin, Kadilangu dan lain-lain. Namun rasa tidak puas itu tidak hilang juga. Ia makin rajin mengerjakan shalat dan mengaji, tiap ada guru atau kiai yang terkenal pandai, didatangi untuk belajar ilmunya. Tetap saja rasa tidak puas itu menggerogoti batinnya. Kemudian dipelajarinya agama Kristen dan theosofi, ini pun tidak dapat menghilangkan rasa tidak puasnya.
BEBAS
Pada tahun 1921 ketika Pangeran Suryomentaram berusia 29 tahun, Sri Sultan Hamengku Buwono VII mangkat. Dia ikut mengantarkan jenazah ayahandanya ke makam Imogiri dengan mengenakan pakaian yang lain daripada yang lain. Para Pangeran mengenakan pakaian kebesaran kepangeranan, para abdi dalem mengenakan pakaian kebesarannya sesuai dengan pangkatnya, Pangeran Suryomentaram memikul jenazah sampai ke makam Imogiri sambil mengenakan pakaian kebesarannya sendiri yaitu ikat kepala corak Begelen, kain juga corak Begelen, jas tutup berwarna putih yang punggungnya ditambal dengan kain bekas berwarna biru sambil mengempit payung Cina.
Dalam perjalanan pulang ia berhenti di Pos Barongan membeli nasi pecel yang dipincuk dengan daun pisang, dimakannya sambil duduk di lantai disertai minum segelas cao. Para pangeran, pembesar, maupun abdi dalem yang lewat tidak berani mendekat karena takut atau malu, mereka mengira Pangeran Suryomentaram telah menderita sakit jiwa, namun ada pula yang menganggapnya seorang wali.
Setelah Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dinobatkan sebagai raja, Pangeran Suryomentaram sekali lagi mengajukan permohonan berhenti dari kedudukannya sebagai pangeran, dan kali ini dikabulkan.
Pemerintah Hindia Belanda memberikan uang pensiun sebesar f 333,50 per bulan, tetapi ditolaknya dengan alasan ia tidak merasa berjasa kepada pemerintah Hindia Belanda dan tidak mau terikat pada pemerintah Hindia Belanda. Kemudian Sri Sultan Hamengku Buwono VIII memberikan uang f 75 per bulan hanya sebagai tanda masih keluarga kraton. Pemberian ini diterimanya dengan senang hati.
Setelah berhenti dari kedudukannya sebagai pangeran ia merasa lebih bebas, tidak terikat lagi. Namun segera ia menyadari bahwa ia masih tetap merasa tidak puas, ia masih belum juga bertemu orang.
Suryomentaram yang bukan pangeran lagi itu kemudian membeli sebidang tanah di desa Bringin, sebuah desa kecil di sebelah utara Salatiga. Di sana ia tinggal dan hidup sebagai petani. Sejak itu ia lebih dikenal dengan nama Ki Gede Suryomentaram atau Ki Gede Bringin. Banyak orang yang menganggap ia seorang dukun, dan banyak pula yang datang berdukun.
PERJUANGAN MORAL
Meskipun Ki Gede Suryomentaram sudah tinggal di Bringin, tetapi ia masih sering ke Yogya. Di Yogya ia masih mempunyai rumah.
Waktu itu Perang Dunia I baru selesai. Ki Gede Suryomentaram dan Ki Hadjar Dewantara beserta beberapa orang mengadakan sarasehan setiap malam Selasa Kliwon dan dikenal dengan nama Sarasehan Selasa Kliwon. Yang hadir dalam Sarasehan Selasa Kliwon itu ada 9 orang, yaitu:
1. Ki Gede Suryomentaram,
2. Ki Hadjar Dewantara,
3. Ki Sutopo Wonoboyo,
4. Ki Pronowidigdo,
5. Ki Prawirowiworo,
6. BRM Subono (adik Ki Gede Suryomentaram),
7. Ki Suryodirjo,
8. Ki Sutatmo, dan
9. Ki Suryoputro.
Masalah yang dibicarakan dalam sarasehan itu adalah keadaan sosial-politik di Indonesia. Kala itu sebagai akibat dari Perang Dunia I yang baru saja selesai, negara-negara Eropa, baik yang kalah perang maupun yang menang perang, termasuk Negeri Belanda, mengalami krisis ekonomi dan militer. Saat-saat seperti itu dirasa merupakan saat yang sangat baik bagi Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda.
Pada awalnya muncul gagasan untuk mengadakan gerakan fisik melawan Belanda, tetapi setelah dibahas dengan seksama dalam sarasehan, disimpulkan bahwa hal itu belum mungkin dilaksanakan karena ternyata Belanda masih cukup kuat, sedangkan kita sendiri tidak mempunyai kekuatan. Kalau kita bergerak tentu akan segera dapat ditumpas.
Sekalipun gagasan perlawanan fisik tersebut tidak dapat terwujud, namun semangat perlawanan dan keinginan merdeka tetap menggelora. Dalam sarasehan bersama setiap Selasa Kliwon itu akhirnya disepakati untuk membuat suatu gerakan moral dengan tujuan memberikan landasan dan menanamkan semangat kebangsaan pada para pemuda melalui suatu pendidikan kebangsaan. Pada tahun 1922 didirikanlah pendidikan kebangsaan dengan nama Taman Siswa. Ki Hadjar Dewantara dipilih menjadi pimpinannya, Ki Gede Suryomentaram diberi tugas mendidik orang-orang tua.
Dalam Sarasehan Selasa Kliwon inilah, sebutan Ki Gede Suryomentaram dirubah oleh Ki Hadjar Dewantara menjadi Ki Ageng Suryomentaram.
PENCERAHAN
Setelah menduda lebih kurang 10 tahun, pada tahun 1925 Ki Ageng kawin lagi, kemudian beserta keluarga pindah ke Bringin. Rumahnya yang di Yogya digunakan untuk asrama dan sekolah Taman Siswa.
Pada suatu malam di tahun 1927, Ki Ageng membangunkan isterinya, Nyi Ageng Suryomentaram, yang sedang lelap tidur, dan dengan serta merta ia berkata, "Bu, sudah ketemu yang kucari. Aku tidak bisa mati!" Sebelum Nyi Ageng sempat bertanya, Ki Ageng melanjutkan, "Ternyata yang merasa belum pernah bertemu orang, yang merasa kecewa dan tidak puas selama ini, adalah orang juga, wujudnya adalah si Suryomentaram. Diperintah kecewa, dimarahi kecewa, disembah kecewa, dimintai berkah kecewa, dianggap dukun kecewa, dianggap sakit ingatan kecewa, jadi pangeran kecewa, menjadi pedagang kecewa, menjadi petani kecewa, itulah orang yang namanya Suryomentaram, tukang kecewa, tukang tidak puas, tukang tidak kerasan, tukang bingung. Sekarang sudah ketahuan. Aku sudah dapat dan selalu bertemu orang, namanya adalah si Suryomentaram, lalu mau apa lagi? Sekarang tinggal diawasi dan dijajagi."
Sejak itu Ki Ageng kerjanya keluyuran, tetapi bukan untuk bertirakat seperti dulu, melainkan untuk menjajagi rasanya sendiri. Ia mendatangi teman-temannya untuk mengutarakan hasilnya bertemu orang - bertemu diri sendiri. Mereka pun kemudian juga merasa bertemu orang - bertemu diri sendiri masing-masing.
Setiap kali bertemu orang (diri sendiri) timbul rasa senang. Rasa senang tersebut dinamakan "rasa bahagia", bahagia yang bebas tidak tergantung pada tempat, waktu, dan keadaan.
Pada tahun 1928 semua hasil "mengawasi dan menjajagi rasa diri sendiri" itu ditulis dalam bentuk tembang (puisi), kemudian dijadikan buku dengan judul "Uran-uran Beja".
Kisah-kisah tentang laku Ki Ageng yang menjajagi rasa diri sendiri tersebut ada banyak sekali, di antaranya sebagai berikut.
Suatu hari Ki Ageng akan pergi ke Parang Tritis yang terletak di pantai selatan Yogyakarta. Sesampainya di Kali Opak perjalanannya terhalang banjir besar. Para tukang perahu sudah memperingatkan Ki Ageng agar tidak menyeberang, tetapi karena merasa pandai berenang, Ki Ageng nekad menceburkan diri ke dalam sungai. Akhirnya ia megap-megap hampir tenggelam dan kemudian ditolong oleh para tukang perahu.
Setelah pulang ia berkata kepada Ki Prawirowiworo sebagai berikut, "Aku mendapat pengalaman. Pada waktu aku akan terjun ke dalam sungai, tidak ada rasa takut sama sekali. Sampai gelagapan pun rasa takut itu tetap tidak ada. Bahkan aku dapat melihat si Suryomentaram yang megap-megap hampir tenggelam." Ki Prawirowiworo menjawab, "Tidak takut apa-apa itu memang benar, sebab Ki Ageng adalah orang yang putus asa. Orang yang putus asa itu biasanya nekad ingin mati saja." Ki Ageng menjawab, "Kau benar. Rupanya si Suryomentaram yang putus asa karena ditinggal mati kakek yang menyayanginya, dan istri yang dicintainya, nekad ingin bunuh diri. Tetapi pada pengalaman ini ada yang baik sekali, pada waktu kejadian tenggelam megap-megap, ada rasa yang tidak ikut megap-megap, tetapi malah dapat melihat si Suryomentaram yang megap-megap gelagapan itu."
PEMBENTUKAN P-E-T-A ( Baca pula kesaksian-kesaksian )
Belanda mencurigai gerak-gerik Ki Ageng. Maka setiap ia mengadakan ceramah ataupun pertemuan-pertemuan selalu ada PID (Politzeke Inlichtingen Dienst) atau reserse yang ikut hadir. Sekitar tahun 1926, ketika aksi bangsa kita menentang bangsa Belanda semakin marak, banyak perintis kemerdekaan yang ditangkap dan dibuang ke Digul dengan tuduhan sebagai agen atau anggota komunis. Suatu ketika Ki Ageng bepergian dari Bringin ke Yogya, sesampainya di desa Gondangwinangun ia ditahan oleh polisi kemudian dibawa ke Yogya dan dimasukkan ke dalam sel tahanan. Setelah ditanggung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, Ki Ageng kemudian dibebaskan.
Pada pertemuan-pertemuan "Manggala Tiga Belas" persoalan-persoalan yang dibicarakan berkisar pada bagaimana cara menolak peperangan bila Indonesia menjadi gelanggang perang antara Belanda dan Jepang. Ki Ageng mengemukakan bahwa bangsa Indonesia dalam peperangan itu mempunyai tiga pilihan, ialah:
1. Membela majikan lama yaitu Belanda.
2. Ganti majikan baru yaitu Jepang.
3. Menjadi majikan sendiri yaitu merdeka.
Perang itu sendiri bukanlah persoalan kita melainkan persoalan pihak Belanda dan Jepang. Permasalahan kita ialah, kita ini tinggal di negeri sendiri, tetapi negeri kita ini dipakai untuk gelanggang perang. Kalau kita mau pergi, mau pergi ke mana?. Kalau kita tinggalkan tentu akan diambil oleh orang lain.
Pertemuan "Manggala Tiga Belas" yang pertama diadakan di pendapa Taman Siswa, dan yang kedua diadakan di rumah Pangeran Suryodiningrat. Pertemuan tersebut baru sempat diadakan dua kali ketika Jepang sudah keburu mendarat di Jawa.
Pada waktu pendudukan Jepang, Ki Ageng berusaha keras untuk membentuk tentara, karena ia berkeyakinan bahwa tentara adalah tulang punggung negara. Hal ini dikemukakan Ki Ageng dalam pertemuannya dengan Empat Serangkai (Bung Karno, Bung Hatta, Kiai Haji Mas Mansoer, Ki Hadjar Dewantara).
Ki Ageng juga menyusun suatu tulisan tentang dasar-dasar ketentaraan yang diberinya nama "Jimat Perang", yaitu pandai perang dan berani mati dalam perang. Jimat Perang ini diceramahkan oleh Ki Ageng ke mana-mana. Pada suatu kesempatan bertemu Bung Karno, Ki Ageng memberikan Jimat Perang ini, yang kemudian dipopulerkan oleh Bung Karno dalam pidato-pidatonya di radio. Maka Jimat Perang ini segera tersebar luas di kalangan masyarakat sehingga membangkitkan semangat berani mati dan berani perang.
Dalam usaha mewujudkan gagasannya, Ki Ageng mengajukan permohonan kepada gubernur Yogya yang pada waktu itu dijabat oleh Kolonel Yamauchi, untuk membentuk tentara sukarela, akan tetapi permohonan tersebut ditolak. Kemudian seorang anggota dinas rahasia Jepang yang bernama Asano menyanggupi akan membawa permohonan itu langsung ke Tokyo.
Untuk membuat surat permohonan tersebut Ki Ageng membentuk panitia 9 yang disebut "Manggala Sembilan", masing-masing adalah:
1. Ki Suwarjono
2. Ki Sakirdanarli
3. Ki Atmosutidjo
4. Ki Pronowidigdo
5. Ki Prawirowiworo
6. Ki Darmosugito
7. Ki Asrar
8. Ki Atmokusumo
9. Ki Ageng Suryomentaram
Setelah ditandatangani dengan darah masing-masing oleh kesembilan orang di atas, surat tersebut diserahkan kepada Asano yang membawanya sendiri langsung ke Tokyo. Permohonan ini tidak diketahui oleh pemerintah Jepang di Indonesia. Tidak lama kemudian diterima berita bahwa permohonan tersebut dikabulkan. Maka pemerintah Jepang yang ada di Indonesia terkejut, tetapi karena itu adalah izin langsung dari Tokyo maka Tentara Sukarela tetap harus dibentuk.
Kemudian Ki Ageng mengadakan pendaftaran. Maka berduyun-duyunlah yang mendaftarkan diri. Akhirnya pendaftaran diambil alih oleh pemerintah dan nama Tentara Sukarela diubah menjadi Tentara Pembela Tanah Air, disingkat PETA. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, tentara PETA inilah yang merupakan modal kekuatan untuk mempertahankan kemerdekaan dan selanjutnya menjadi inti Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Pada waktu perang kemerdekaan, Ki Ageng memimpin pasukan gerilya yang disebut Pasukan Jelata, daerah operasinya di sekitar Wonosegoro. Setelah ibu kota RI Yogyakarta diduduki Belanda, Ki Ageng bersama keluarga meninggalkan kota, mengungsi ke daerah Gunung Kidul. Di tempat pengungsian ini Ki Ageng masih selalu berhubungan dengan tentara gerilya.
PENUTUP
Setelah penyerahan kedaulatan, Ki Ageng mulai lagi mengadakan ceramah-ceramah Kawruh Beja (Kawruh Jiwa) ke mana-mana, ikut aktif mengisi kemerdekaan dengan pembangunan jiwa berupa ceramah-ceramah pembangunan jiwa warga negara. Pada tahun 1957 pernah diundang oleh Bung Karno ke Istana Merdeka untuk dimintai wawasan tentang berbagai macam masalah negara. Ki Ageng tetap mengenakan pakaian yang biasa dipakainya sehari-hari.
Kurang lebih 40 tahun Ki Ageng menyelidiki alam kejiwaan dengan menggunakan dirinya sebagai kelinci percobaan.
Pada suatu hari ketika sedang mengadakan ceramah di desa Sajen, di daerah Salatiga, Ki Ageng jatuh sakit dan dibawa pulang ke Yogya, dirawat di rumah sakit. Sewaktu di rumah sakit itu, Ki Ageng masih sempat menemukan kawruh yaitu bahwa "puncak belajar kawruh jiwa ialah mengetahui gagasannya sendiri".
Ki Ageng dirawat di rumah sakit selama beberapa waktu, namun karena sakitnya tidak kunjung berkurang, kemudian ia dibawa pulang ke rumah. Sakitnya makin lama makin parah, dan pada hari Minggu Pon tanggal 18 Maret 1962 jam 16.45, dalam usia 70 tahun, Ki Ageng tutup usia di rumahnya di Jln. Rotowijayan no. 22 Yogyakarta dan dimakamkan di makam keluarga di desa Kanggotan, sebelah selatan kota Yogyakarta.
Ki Ageng Suryomentaram meninggalkan seorang istri, dua orang putra, dan empat orang putri. Seorang putra telah meninggal. Mereka adalah:
1. RMF Pannie
2. RM Jegot (meninggal)
3. RM Grangsang
4. RA Japrut
5. RA Dlureg
6. RA Gresah
7. RA Semplah
Ki Ageng Suryomentaram juga meninggalkan warisan yang sangat berharga yaitu KAWRUH PANGAWIKAN PRIBADI atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan KAWRUH JIWA bagi kita semua yang bersedia melepaskan segala atribut keangkuhan kita, bagi kita yang bersedia menjadi manusia sederhana dan rendah hati, yang mendambakan masyarakat Indonesia damai sejahtera.
by : http://www.geocities.com/kramadangsa/riwayat.htm
Ir. Soekarno (lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – wafat di Jakarta, 21 Juni 1970 dalam umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945 - 1966. Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah penggali Pancasila. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ia menerbitkan Surat Perintah 11 Maret 1966 Supersemar yang kontroversial itu, yang konon, antara lain isinya adalah menugaskan Letnan Jenderal Soeharto untuk mengamankan dan menjaga kewibawaannya. Tetapi Supersemar tersebut disalahgunakan oleh Letnan Jenderal Soeharto untuk merongrong kewibawaannya dengan jalan menuduhnya ikut mendalangi Gerakan 30 September. Tuduhan itu menyebabkan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang anggotanya telah diganti dengan orang yang pro Soeharto, mengalihkan kepresidenan kepada Soeharto.
Latar belakang dan pendidikan
Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodihardjo. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai berasal dari Buleleng, Bali [1].
Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya di Tulungagung, Jawa Timur. Pada usia 14 tahun, seorang kawan bapaknya yang bernama Oemar Said Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan disekolahkan ke Hoogere Burger School (H.B.S.) di sana sambil mengaji di tempat Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu. Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa).
Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.
Keluarga Soekarno
Istri Soekarno
* Oetari
* Inggit Garnasih
* Fatmawati
* Hartini
* Ratna Sari Dewi Soekarno (nama asli: Naoko Nemoto)
* Haryati
Putra-putri Soekarno
* Guruh Soekarnoputra
* Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia masa jabatan 2001-2004
* Guntur Soekarnoputra
* Rachmawati Soekarnoputri
* Sukmawati Soekarnoputri
* Taufan dan Bayu (dari istri Hartini)
* Kartika Sari Dewi Soekarno (dari istri Ratna Sari Dewi Soekarno)
Masa pergerakan nasional
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Organisasi ini menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkannya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929, dan memunculkan pledoinya yang fenomenal: Indonesia Menggugat, hingga dibebaskan kembali pada tanggal 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan diasingkan ke Flores. Di sini, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional. Namun semangatnya tetap membara seperti tersirat dalam setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hassan.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu.
Soekarno baru kembali bebas pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Masa penjajahan Jepang
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942-1945), pemerintah Jepang sempat tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk “mengamankan” keberadaannya di Indonesia. Ini terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh tokoh Indonesia seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain dalam setiap organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk menarik hati penduduk Indonesia. Disebutkan dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI dan PPKI, tokoh tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H Mas Mansyur dan lain lainnya disebut-sebut dan terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh nasional bekerjasama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Presiden Soekarno sendiri, saat pidato pembukaan menjelang pembacaan teks proklamasi kemerdekaan, mengatakan bahwa meski sebenarnya kita bekerjasama dengan Jepang sebenarnya kita percaya dan yakin serta mengandalkan kekuatan sendiri.
Ia aktif dalam usaha persiapan kemerdekaan Indonesia, diantaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Ia sempat dibujuk untuk menyingkir ke Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito. Bahkan kaisar memberikan Bintang kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut, karena hal itu berarti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap keluarga Kaisar Jepang sendiri. Pada bulan Agustus 1945, ia diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat Vietnam yang kemudian menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri.
Namun keterlibatannya dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang membuat Soekarno dituduh oleh Belanda bekerja sama dengan Jepang,antara lain dalam kasus romusha.
Masa Perang Revolusi
Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional mulai mempersiapkan diri menjelang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI,Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang (resmi), Panitia Kecil yang terdiri dari sembilan orang/Panitia Sembilan (yang menghasilkan Piagam Jakarta) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI, Soekarno-Hatta mendirikan Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945; Soekarno dan Mohammad Hatta dibujuk oleh para pemuda untuk menyingkir ke asrama pasukan Pembela Tanah Air Peta Rengasdengklok. Tokoh pemuda yang membujuk antara lain Soekarni, Wikana, Singgih serta Chairul Saleh. Para pemuda menuntut agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, karena di Indonesia terjadi kevakuman kekuasaan. Ini disebabkan karena Jepang sudah menyerah dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan para tokoh menolak dengan alasan menunggu kejelasan mengenai penyerahan Jepang. Alasan lain yang berkembang adalah Soekarno menetapkan moment tepat untuk kemerdekaan Republik Indonesia yakni dipilihnya tanggal 17 Agustus 1945 saat itu bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan, bulan suci kaum muslim yang diyakini merupakan tanggal turunnya wahyu pertama kaum muslimin kepada Nabi Muhammad SAW yakni Al Qur-an. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan menjadi presiden dan wakil presiden dikukuhkan oleh KNIP.Pada tanggal 19 September 1945 kewibawaan Soekarno dapat menyelesaikan tanpa pertumpahan darah peristiwa Lapangan Ikada dimana 200.000 rakyat Jakarta akan bentrok dengan pasukan Jepang yang masih bersenjata lengkap.
Pada saat kedatangan Sekutu (AFNEI) yang dipimpin oleh Letjen. Sir Phillip Christison, Christison akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia secara de facto setelah mengadakan pertemuan dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno juga berusaha menyelesaikan krisis di Surabaya. Namun akibat provokasi yang dilancarkan pasukan NICA (Belanda) yang membonceng Sekutu. (dibawah Inggris) meledaklah Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan gugurnya Brigadir Jendral A.W.S Mallaby.
Karena banyak provokasi di Jakarta pada waktu itu, Presiden Soekarno akhirnya memindahkan Ibukota Republik Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Diikuti wakil presiden dan pejabat tinggi negara lainnya.
Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah kedudukan Presiden selaku kepala pemerintahan dan kepala negara (presidensiil/single executive). Selama revolusi kemerdekaan,sistem pemerintahan berubah menjadi semi-presidensiil/double executive. Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara dan Sutan Syahrir sebagai Perdana Menteri/Kepala Pemerintahan. Hal itu terjadi karena adanya maklumat wakil presiden No X, dan maklumat pemerintah bulan November 1945 tentang partai politik. Hal ini ditempuh agar Republik Indonesia dianggap negara yang lebih demokratis.
Meski sistem pemerintahan berubah, pada saat revolusi kemerdekaan, kedudukan Presiden Soekarno tetap paling penting, terutama dalam menghadapi Peristiwa Madiun 1948 serta saat Agresi Militer Belanda II yang menyebabkan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan sejumlah pejabat tinggi negara ditahan Belanda. Meskipun sudah ada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan ketua Sjafruddin Prawiranegara, tetapi pada kenyataannya dunia internasional dan situasi dalam negeri tetap mengakui bahwa Soekarno-Hatta adalah pemimpin Indonesia yang sesungguhnya, hanya kebijakannya yang dapat menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda.
Masa kemerdekaan
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda menyebutkan sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS. Jabatan Presiden Republik Indonesia diserahkan kepada Mr Assaat, yang kemudian dikenal sebagai RI Jawa-Yogya. Namun karena tuntutan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali berubah menjadi Republik Indonesia dan Presiden Soekarno menjadi Presiden RI. Mandat Mr Assaat sebagai pemangku jabatan Presiden RI diserahkan kembali kepada Ir. Soekarno. Resminya kedudukan Presiden Soekarno adalah presiden konstitusional, tetapi pada kenyataannya kebijakan pemerintah dilakukan setelah berkonsultasi dengannya.
Mitos Dwitunggal Soekarno-Hatta cukup populer dan lebih kuat dikalangan rakyat dibandingkan terhadap kepala pemerintahan yakni perdana menteri. Jatuh bangunnya kabinet yang terkenal sebagai “kabinet semumur jagung” membuat Presiden Soekarno kurang mempercayai sistem multipartai, bahkan menyebutnya sebagai “penyakit kepartaian”. Tak jarang, ia juga ikut turun tangan menengahi konflik-konflik di tubuh militer yang juga berimbas pada jatuh bangunnya kabinet. Seperti peristiwa 17 Oktober 1952 dan Peristiwa di kalangan Angkatan Udara.
Presiden Soekarno juga banyak memberikan gagasan-gagasan di dunia Internasional. Keprihatinannya terhadap nasib bangsa Asia-Afrika, masih belum merdeka, belum mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, menyebabkan presiden Soekarno, pada tahun 1955, mengambil inisiatif untuk mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang menghasilkan Dasa Sila. Bandung dikenal sebagai Ibu Kota Asia-Afrika. Ketimpangan dan konflik akibat “bom waktu” yang ditinggalkan negara-negara barat yang dicap masih mementingkan imperialisme dan kolonialisme, ketimpangan dan kekhawatiran akan munculnya perang nuklir yang merubah peradaban, ketidakadilan badan-badan dunia internasional dalam pemecahan konflik juga menjadi perhatiannya. Bersama Presiden Josip Broz Tito (Yugoslavia), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Mohammad Ali Jinnah (Pakistan), U Nu, (Birma) dan Jawaharlal Nehru (India) ia mengadakan Konferensi Asia Afrika yang membuahkan Gerakan Non Blok. Berkat jasanya itu, banyak negara-negara Asia Afrika yang memperoleh kemerdekaannya. Namun sayangnya, masih banyak pula yang mengalami konflik berkepanjangan sampai saat ini karena ketidakadilan dalam pemecahan masalah, yang masih dikuasai negara-negara kuat atau adikuasa. Berkat jasa ini pula, banyak penduduk dari kawasan Asia Afrika yang tidak lupa akan Soekarno bila ingat atau mengenal akan Indonesia.
Guna menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif dalam dunia internasional, Presiden Soekarno mengunjungi berbagai negara dan bertemu dengan pemimpin-pemimpin negara. Di antaranya adalah Nikita Khruschev (Uni Soviet), John Fitzgerald Kennedy (Amerika Serikat), Fidel Castro (Kuba), Mao Tse Tung (RRC).
Masa-masa kejatuhan Soekarno dimulai sejak ia “bercerai” dengan Wakil Presiden Moh. Hatta, pada tahun 1956, akibat pengunduran diri Hatta dari kancah perpolitikan Indonesia. Ditambah dengan sejumlah pemberontakan separatis yang terjadi di seluruh pelosok Indonesia, dan puncaknya, pemberontakan G 30 S, membuat Soekarno di dalam masa jabatannya tidak dapat “memenuhi” cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Sakit hingga meninggal
Soekarno sendiri wafat pada tanggal 21 Juni 1970 di Wisma Yaso, Jakarta, setelah mengalami pengucilan oleh penggantinya Soeharto. Jenazahnya dikebumikan di Kota Blitar, Jawa Timur, dan kini menjadi ikon kota tersebut, karena setiap tahunnya dikunjungi ratusan ribu hingga jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Terutama pada saat penyelenggaraan Haul Bung Karno.
Peninggalan
Pada tanggal 19 Juni 2008, Pemerintah Kuba menerbitkan perangko yang bergambar Soekarno dan presiden Kuba Fidel Castro. Penerbitan itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 Fidel Castro dan peringatan “kunjungan Presiden Indonesia, Soekarno, ke Kuba”.
Penamaan
lengkap Soekarno ketika lahir adalah Kusno Sosrodihardjo.[3] Ketika masih kecil, karena sering sakit-sakitan, menurut kebiasaan orang Jawa; oleh orang tuanya namanya diganti menjadi Soekarno. Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda). Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah.
Sebutan akrab untuk Ir. Soekarno adalah Bung Karno.
Achmed Soekarno
Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, “Siapa nama kecil Soekarno?” karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Ceko, bahasa Wales, bahasa Denmark, bahasa Jerman, dan bahasa Spanyol.
Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed di dapatnya ketika menunaikan ibadah haji.[4]
Dan dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
Catatan harian milik Soe Hok Gie, aktivis yang menempa populariti pada zaman kemahasiswaannya, menjadi inspirasi kepada ramai pembaca yang gemar meneropong sudut-sudut fikir orang.
Catatan harian beliau sejak 4 Mac 1957, seawal umurnya pada 14 tahun, sehingga 8 Disember 1969 telah dibukukan dalam judul Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran.
Catatan Gie adalah berkisarkan tentang pengalaman dan pemikirannya terhadap sastera, sejarah, politik, cinta, kehidupan dan kematian.
Lahirnya sang aktivis
Soe Hok Gie atau popular dikenali sebagai Gie, lahir di Indonesia pada 17 Disember 1942.
Seawal umur 15 tahun, Gie sudah melahap karya sastera Shakespeare, Andre Gide, Amir Hamzah dan Spengler, malah pernah berdebat dengan gurunya berkenaan Chairil Anwar dan Rivai Apin.
Gie melanjutkan pelajaran di Universiti Indonesia pada 1961. Saat inilah beliau terjerumus ke dalam aktivisme kemahasiswaan. Bahan bacaannya juga semakin berat apabila beliau menelaah karya Bernard Shaw, George Orwell, Djilas, Koestler, Marx dan lain-lain karya politik.
Gie bersama teman-temannya pada 24 Februari 1963 pernah bertemu muka dengan Presiden Soekarno, berdialog tentang beberapa isu. Antaranya, soal ras, perkahwinan, homoseks, politik dan pndidikan nasional.
Untuk ini, Gie mencatat, “Sebagai manusia, saya kira senang pada Bung Karno, tetapi sebagai pemimpin tidak. Bagaimana ada pertanggungjawaban sosialisme melihat negara dipimpin oleh orang sebegitu?”
Rupa-rupanya dalam dialog tertutup itu, akibat terlalu tidak formal, Soekarno telah mengeluarkan hujah-hujah yang bersifat ‘tidak bermoral’, malah secara tidak sengaja membuka tembelang ‘mata keranjangnya’ terhadap wanita.
Gie yang sememangnya tidak senang pada ‘Orde Lama’, terus-menerus mengkritik kebejatan sosial era Soekarno melalui tulisannya di akhbar, serta menganjurkan perhimpunan-perhimpunan besar mahasiswa.
Tidak dapat dinafikan, tumbangnya Soekarno dipengaruhi besar oleh Gie. Gie dan teman-temannya dari seluruh Indonesia bergabung menentang barisan kepimpinan Soekarno yang tidak amanah dan gagal menjalankan tugas sebagai pemerintah.
Beliau juga antara yang terawal mengkritik rejim Orde Baru, sejurus berlakunya transisi politik Indonesia (era Soeharto).
Pengkritik yang jujur
Tulisan-tulisan Gie sangat berani, jujur, dan bertanggungjawab. Ideanya menyingkap sisi-sisi yang jarang difikir masyarakat, atau yang diabaikan. Tidak hairanlah jika yang tua mau pun yang muda, begitu terpengaruh dengan tulisan beliau.
Mengulas zaman peralihan Soekarno-Soeharto, Gie sinis menulis, “Betapa banyaknya ketidak adilan di dunia ini. Tidak hanya di Indonesia, tetapi di mana-mana juga di seluruh dunia. Seolah-olah dunia ini tompokan sampah dari nafsu dan ketamakan manusia.
“Sebagian dari mereka berhasil dan jadi orang terhormat Gandhi, Kennedy, tetapi berjuta-juta tenggelam dalam ‘sampah-sampah’ dan hilang ditelan waktu. Tetapi yang lebih menyedihkan adalah mereka yang menemui kekecewaan kemudian dipenuhi oleh rasa benci terhadap lawannya.”
Dunia Gie tidak terbatas hanya di Indonesia. Pada 1968, beliau sempat berkunjung ke Amerika Syarikat dan Australia. Di sana, Gie bukan setakat dapat bertemu dengan kenalan-kenalan mahasiswa dan pemikir, tetapi berkesempatan untuk menyampaikan ucapan dalam pertemuannya dengan beberapa pertubuhan mahasiswa.
Gie berkiblatkan kebenaran. Teman-teman seangkatan beliau (Angkatan 66) tidak terlepas daripada kritikan apabila lupa dengan misi perjuangan. Sebahagian temannya, ketika tahun 1966 menentang pemerintah, tetapi akhirnya berpihak kepada mereka sesudah ditawarkan jawatan.
Akhir hayat
Gie gemar mendaki gunung. Pertubuhan yang diasaskannya, Mapala Univesitas Indonesia giat menjalankan kegiatan luar ini. Projek pendakian terakhir yang diusahakannya, mendaki Gunung Semeru (3.676m), menjadi tanda tanya ramai pihak.
Kenapa mesti mendaki gunung, sedangkan banyak lagi kekalutan politik yang memerlukan usaha anak muda ini?
Gie menjawab, “Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat."
“Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”
8 Disember 1969, Gie memulakan projek pendakiannya. Saat inilah catatan akhir beliau ditulis sebelum menghembus nafas terakhir pada 16 Disember 1969, sehari sebelum ulang tahun kelahirannya ke-29 akibat terhirup gas beracun (lava gunung berapi).
Catatannya seperti ini, “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari minggu yang lalu.
Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke Semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat.”
24 Disember, mayatnya dikebumikan di perkuburan Menteng Pulo, kemudian di pindahkan ke perkuburan Kober, Tanah Abang dua hari selepas itu. Bagaimanapun, teman-temannya berpendapat lebih baik mayatnya dibakar dan abunya ditabur di puncak gunung.
Mayat Gie kemudiannya dibakar dan abunya ditabur di puncak Gunung Pangrango.
Gie dalam layar
Watak Rangga (lakonan Nicholas Saputra) dalam filem Ada Apa Dengan Cinta (2001) sebenarnya merupakan adaptasi susuk Gie oleh penerbit Mira Lesmana. Mira seorang pengkagum Gie yang dikenalinya melalui himpunan catatan harian Gie.
Tetapi, Mira rupanya tersilap mentafsir sikap Gie – bukannya dingin, introvert atau angkuh seperti watak Rangga.
Sebuah filem mula diusahakan oleh Mira dua tahun selepas itu, diterbitkan khusus mengenai kehidupan Gie, berjudul GIE (2005). Watak Gie dilakonkan oleh Nicholas Saputra, sekali lagi.
sumber
Oleh John Towell
Karl Marx adalah anak seorang pendeta Kristen di Jerman, yang dikenal secara luas sebagai seorang filsuf (akhli pikir) dan sekaligus ekonom (akhli ekonomi). Filsuf atau akhli filsafat saat itu sering disebut akhli pikir, karena melalui pemikiran²nya (sekarang research) banyak dilahirkan teori² baru yang sebelumnya tidak ada. Filsuf jaman sekarang bisa belajar dari buku² yang ditulis filsuf sebelumnya yang dengan mudah bisa ditemukan di toko² buku. Jaman dulu, buku merupakan barang mahal dan hanya dimiliki orang² tertentu saja.
Karya Marx yang terkenal adalah hasil pemikirannya dalam bidang ekonomi politik yang merupakan hasil pengamatan dari kehidupan ekonomi di sekelilingnya. Hasil pemikiran Marx ini, kemudian ditulisnya dalam sebuah buku yang kemudian menghebohkan dunia, yaitu “Das Kapital”. Apa yang ditulis Marx dalam Das Kapital tsb sarat dengan kritik terhadap sistem ekonomi politik yang berlaku saat itu yang banyak menyengsarakan rakyat, dan sekaligus memperkenalkan gagasan² Marx yang diyakininya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Jerman waktu itu.
Secara garis besar, intinya Das Kapital membahas kesewanang-wenangan pemilik “kapital” yang diamatinya, yang menguasai perekonomian masyarakat secara
se-mena² dan tidak adil. Buruh yang bekerja pada pemilik kapital tsb dibayar dengan upah yang tidak cukup untuk hidup secara layak, sebaliknya pemilik kapital hidup secara berlebih-lebihan dan bertindak sewenang-wenang terhadap buruhnya. Di situ Marx melontarkan gagasan, bahwa untuk melindungi masyarakat / buruh dari tindakan sewenang-wenang, perekonomian harus dikuasai negara. Gagasan ini lebih populer sebagai menghapuskan perbedaan kelas. Pemikiran ekonomi Marx ini merupakan tandingan terhadap teori ekonomi yang bertumpu pada pasar bebas dan persaingan sempurna.
Dalam buku tsb Marx juga menunjukkan ketidak setujuannya melihat ketidak adilan yang dilakukan oleh tokoh² agama yang cenderung membohongi umatnya yang waktu itu relatif bodoh, agar menerima kesewenang-wenangan pemilik kapital sebagai nasib yang telah ditetapkan “dari atas”. Mark melontarkan ucapannya yang terkenal : “agama adalah candu bagi masyarakat”. Perlu diingat, kondisi saat itu jauh berbeda dengan kondisi saat ini, dimana umat suatu agama bisa berpikir bebas. Saat itu umat yang berani menentang tokoh agama dianggap murtad dengan sanksi yang berat, padahal yang ditentang hanya “sabda pendeta” yang ngawur, bukan ajaran agamanya.
Buku Marx, Das Kaiptal, akhirnya menjadi buku ekonomi penting pada masanya yang merobah sistem perekonomian dunia yang dibahas oleh berbagai pihak dan kemudian melahirkan berbagai variant sistem ekonomi. Beberapa negara mengadopsi gagasan ekonomi Marx secara terbatas sebagai suatu konsep baru, dikombinaskan dengan sistem ekonomi politik yang sudah ada. Sistem kenegaraan ini kemudian kita kenal sebagai negara beraliran sosialis (bukan negara komunis), seperti Perancis, Singapore, Taiwan, dsb.
Ciri sederhana dari negara beraliran sosialis ini, tidak ada pemilik modal raksasa yang mampu menguasai perekonomian negara tsb secara significant. Apa yang tercantum dalam pasal 33 UUD 45, juga merupakan cerminan dari salah satu variant sosialisme tsb. Beberapa negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis liberal, yang semula memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada pemilik “kapital” untuk berbuat apa saja, sejak munculnya paham sosialisme tsb mulai dibatasi ruang geraknya, termasuk di Amerika. Misalnya pembatasan pemilik modal untuk memasuki sektor ekonomi tertentu, perbaikan fasilitas bagi pekerja, peraturan perburuhan, dsb.
Di pihak lain, gagasan Marx tsb, dikembangkan juga lebih lanjut oleh beberapa orang akhli politik dengan arah yang lain, di mana paham ini kemudian dikenal sebagai komunisme, yang berbeda dengan paham sosialisme di atas. Lenin di Rusia mengembangkan gagasan ini sebagai alternatif untuk mengatur negaranya, yang saat itu berada di bawah kekuasaan Tsar yang sewenang-wenang, di mana rakyatnya hidup sengsara dan diperlakukan tidak adil. Pemikiran Lenin ini kemudian dikenal sebagai Leninisme.
Melihat kesuksesan Lenin di Rusia, beberapa tokoh di negara lain mencoba mengikuti dan mengembangkannya lebih lanjut sesuai dengan kondisi negaranya. Mao Ze Dong semula mencoba menerapkan komunisme ala Lenin di RRT, namun ternyata situasi dan kondisinya tidak cocok. Selanjutnya Mao mencoba mengembangkan sendiri sistem komunis tsb di RRT, yang kemudian dikenal sebagai Maoisme yang berbeda dengan Leninisme, apalagi dengan sistem komunis di RRT saat ini yang nyaris tidak berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat bagi pembaca. Tulisan ini hanya ngin memberikan informasi tentang apa sebenarnya Marxisme tsb, sehubungan dengan heboh dibubarkannya suatu diskusi tentang Marxisme di Bandung belum lama ini. Pemikiran Marx ini di beberapa universitas negeri, khususnya bagi Program Doctor (S3) dibahas secara terbatas dalam mata kuliah Filsafat Ilmu atau Ekonomi Macro tingkat Advance, bahkan pada masa Orde Baru sekalipun. Apakah setelah mempelajari dan mengerti pemikiran Marx, semua mahasiswa S3 berubah menjadi simpatisan komunisme? Rasanya terlalu jauh.
Biografi :
Deddy Mizwar, lahir di Jakarta, 5 Maret 1955. Ia pertama kali terjun ke dunia film pada 1976, dengan membintangi film CINTA ABADI arahan sutradara Wahyu Sihombing.
Deddy yang pada 1986 pernah terpilih sebagai aktor terbaik dengan meraih empat Piala Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987 itu memilih profesinya di bidang teater, dan melepaskan pekerjaannya sebagai pegawai negeri pada 1976.
Sampai kini, Deddy tercatat telah membintangi 73 judul film, dan berkali-kali meraih penghargaan Piala Citra baik sebagai peran utama maupun peran pembantu. Film-filmnya di antaranya, ARIE HANGGGARA, NAGA BONAR, KEJARLAH DAKU KAU KUTANGKAP, OPERA JAKARTA, SUNAN KALIJAGA, SYECH SITI JENAR dan KUBERIKAN SEGALANYA.
Melalui rumah produksi PT Demi Gisela Citra Sinema yang didirikannya pada 1997, Deddy memproduksi sejumlah sinetron dan film. Di antaranya, MAT ANGIN, SANG PENGEMBARA, LORONG WAKTU, KIAMAT SUDAH DEKAT dan PARA PENCARIMU. Dalam ketiga sinetron itu, Deddy juga berperan sebagai pemain utama. Sementara versi film layar lebar KIAMAT SUDAH DEKAT menjadi debut pertama filmnya setelah perfilman nasional 'mati suri'.
Film yang dibintangi anaknya Senandung Nacita, si vokalis band Stinky, Andre Stinky, Ayu Pratiwi dan juga didukung Dewi Yull dan Chintami Atmanegara ini mencoba mengingatkan penonton agar tidak terlena dengan kehidupan duniawi. Selain itu Pak Haji, demikian biasa disebut ingin menyumbangkan karyanya di saat industri film di tanah air sedang mengalami semangat kebangkitan.
Deddy kemudian memproduksi sekuel NAGA BONAR JADI 2 (2007) yang juga berhasil menjadi film terbaik FFI 2008 dan sekaligus mengantarkan dirinya sebagai Aktor Terbaik. Selain itu, film yang juga dibintangi Tora Sudiro itu juga berhasil menajdi Film Terfavorit dan Aktor Terbaik di Indonesian Movie Award (IMA) 2008.
Deddy sendiri adalah suami Giselawaty Wiranegara, perempuan yang pertama kali ditemuinya saat bersama membintangi film MISTERI JAIPONG (1981). Dari perkawinan tersebut Deddy dikaruniai dua orang anak, Senandung Nakita dan Zulfikar Rakita Dewa.
Sophan Sophiaan
Laki-Laki
Makassar, Sulawesi Selatan, 26 April 1944
Tanggal Meninggal:
17 Mei 2008
Biografi :
Sophan Sophiaan adalah aktor, sutradara, dan politisi Indonesia. Pria kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 26 April 1944 ini juga dikenal karena perkawinan langgengnya dengan sesama bintang film, Widyawati.
Putra dari Manai Sophiaan, politikus terkemuka Indonesia yang pernah menjadi duta besar di Rusia ini telah membintangi 27 film dan menyutradarai 19 film.
Film-film Sophan yang terkenal antara lain PENGANTIN REMAJA (1971), PERKAWINAN (1972), CINTA REMAJA (1974), DAMAI KAMI SEPANJANG HARI (1985), ARINI, MASIH ADA KERETA YANG LEWAT (1987), SESAL (1994), serta filmnya yang terakhir bersama sang istri, LOVE (2008).
Tak hanya film, beberapa sinetron pun dibintanginya, antara lain ABAD 21 (1996), dan ELANG (2008).
Selain berkiprah di dunia akting, Sophan juga terjun ke dunia politik, mengikuti jejak ayahnya. Bukan menjadi duta besar, Sophan aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan dipercaya menjadi Ketua Fraksi PDIP di MPR. Namun Sophan kemudian mengundurkan diri.
Usai berkiprah di MPR, aktivitas Sophan di dunia politik tak surut. Dia juga sempat menjadi bintang iklan mendukung pencalonan Amien-Siswono sebagai presiden dan wakil presiden pada pemilu 2004.
Dari pernikahannya dengan Widyawati, Sophan dikaruniai dua anak laki-laki, Rommy dan Ramma.
Sophan meninggal dunia akibat kecelakaan motor pada 17 Mei 2008. Saat itu dia bersama rombongan "Touring Merah Putih" melakukan perjalanan untuk memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional.
Saya pikir pantaslah kalau saya bilang Benjamin Franklin itu orang genius yang paling punya banyak kebisaan. di sepanjang sejarah. Dia punya hasil karya punya daya jangkau lebih luas dari Leonardo da Vinci yang kesohor. Mengherankan tetapi benar, Franklin amat sukses dalam kariernya yang terpisah-pisah satu sama lain:
bidang bisnis berhasil, bidang ilmu berhasil, bidang sastra berhasil, dan bidang politik pun berhasil. Satu hasil borongan yang langka!
Karier bisnis Franklin bagaikan dongeng kuno: dari pedagang rombengan sampai jadi kaya raya. Keluarganya di Boston bukanlah orang berada. Selaku anak muda di Philadelphia dia betul-betul kempes kantong, tetapi menjelang umur empat puluh tahunan Franklin sudah tersulap jadi jutawan lewat dia punya percetakan, dia punya perusahaan surat kabar, dan dia punya pelbagai usaha lain. Sementara itu, dalam masa senggangnya, dia belajar ilmu dan belajar sendiri empat bahasa asing!
Sebagai ilmuwan, Franklin terkenal dengan dia punya penyelidikan dasar tentang listrik dan cahaya. Berbarengan dengan itu dia juga mencipta pelbagai penemuan yang punya banyak guna, termasuk "tungku Franklin" lensa dengan fokus ganda, dan pistol cahaya. Dua penemuannya yang disebut terakhir masih digunakan orang hingga kini.
Percobaan tulis-menulis Franklin pertama yang berhasil adalah selaku wartawan. Dia terbitkan Poor Richard's Almanac, yang berisi bakat luar biasanya memutar balik potongan-potongan kalimat. (Tak banyak penulis yang meninggalkan begitu banyak ungkapan-uangkapan yang tak terlupakan). Di akhir-akhir hayatnya dia menyusun otobiografinya, sebuah karya termasyhur yang pernah ditulis dan hingga kini masih dibaca dan digemari orang.
Di bidang politik, Franklin berhasil seperti halnya dia juga sukses sebagai administrator (dia menjabat kepala urusan pos untuk daerah-daerah koloni dan di bawah pimpinannya urusan pos menunjukkan keuntungan!); dan selaku legislator (dia terpilih berulang kali di Dewan Perwakilan Rakyat Pennsylvania): sebagai diplomat (dia amat populer dan sukses selaku Duta Besar untuk Perancis dalam masa yang sulit dalam sejarah Amerika). Tambahan pula, dia merupakan salah seorang penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat dan kemudian jadi anggota Konvensi Konstitusi.
Masih ada lagi? Masih. Karier kelima Franklin ialah: dia seorang pembangkit semangat dan organisator masyarakat. Misalnya, dia merupakan salah seorang pendiri rumah sakit pertama di Philadelphia. Dia membantu mengorganisir perusahaan pemadam kebakaran dan mendorong hingga berhasil terbentuknya kantor polisi urusan kota, Dia mengorganisir perpustakaan keliling (yang pertama!) dan kelompok masyarakat ilmuwan (juga yang pertama!).
Seperti halnya tiap orang, Franklin juga punya kesulitan-kesulitan dan kekecewaan yang membikin dia punya kalbu sedih. Meski begitu, hidupnya merupakan contoh luar biasa --mungkin yang paling luar biasa dalam sejarah--yang bisa dilakukan seorang manusia. Diberkati oleh kesehatannya yang baik hampir sepanjang umurnya yang delapan puluh empat tahun, Franklin mengalami ihwal hidup yang panjang, menarik, bermanfaat, beragama, dan umumnya bahagia di dunia fana ini.
Ditilik dari semua hal yang telah disebut di atas, tampaknya menarik juga untuk memasukkan Franklin dalam bagian utama buku ini. Tetapi, tak satu pun sumbangannya cukup penting baginya untuk dianggap salah seorang dari seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah. Saya sendiri berpendapat begitu, walau dengan pertimbangan semua perbuatannya itu digabung jadi satu, toh belum cukup juga.
Sesudah Cina, Indialah negeri yang penduduknya terbanyak di dunia, bagaikan bintang-kemintang yang berserakkan di langit lazuardi. Dan bangsa yang begini besar di suatu saat hidup berkaparan di bawah pijakan sepatu lars Inggris yang sambil isap cerutu melecut punggung India dan merampok kekayaan buminya.
Bukankah Engels ada menyindir: "Jika Inggris menyebut-nyebut demi Yesus Kristus di India, yang dia maksudkan sebetulnya kapas!"
Mohandas K. Gandhi seorang yang berdiri paling depan dalam gerakan untuk kemerdekaan India, dan hanya dari sudut alasan ini saja banyak orang yang mengusulkan agar dia dimasukkan ke dalam bagian pokok isi buku ini. Walau bagaimana, patutlah diingat, kemerdekaan India dari Inggris akan datang dengan "sendirinya" cepat atau lambat. Sebab, nyatanya kekuatan tertentu dari dorongan sejarah cenderung mengarah ke dekolonisasi. Ini dapat kita saksikan sekarang bahwa kemerdekaan India sudah pasti terlaksana dalam beberapa tahun sesudah tahun 1947 bahkan andaikata Gandhi tak pernah hidup di dunia ini.
Memang betul, cara Gandhi menjalankan pembangkangan sosial tanpa kekerasan akhirnya berhasil "membujuk Inggris angkat kaki" dari negeri itu. Tetapi, kalaulah jalan kekerasan yang ditempuh, tak urung dia toh akan bebas merdeka juga, cepat atau lambat. Karena susah juga menyimpulkan apakah Gandhi secara keseluruhan memperlambat atau mempercepat kebebasan India, tampaknya kita bisa berkongklusi bahwa akibat-akibat inti dari langkah-langkahnya adalah (paling tidak dari segi itu) tidak seberapa besar. Juga bisa ditunjukkan, Gandhi bukanlah pendiri gerakan kemerdekaan India (Kongres Nasional India sudah berdiri sejak tahun 1885), dan bukan juga dia yang merupakan tokoh politik paling penting pada saat kemerdekaan itu diperoleh.
Meski begitu, arti penting Gandhi terletak pada anjuran "tanpa kekerasan-"nya. (Tentu saja, gagasan ini tidaklah sepenuhnya orisinal; Gandhi sendiri secara khusus mengatakan ide itu berasal sebagian dari bacaannya tulisan-tulisan Thoreau, Tolstoy dan Perjanjian Baru dan pula pelbagai tulisan-tulisan pemuka agama Hindu). Tak ragu lagi, politik Gandhi, andaikata bisa diterima dalam skala internasional, dapat mengubah dunia. Malangnya, tak semua bisa menerimanya, bahkan di India sendiri.
Memang betul, di tahun antara 1945-1955 tekniknya digunakan untuk mencoba membujuk Portugis supaya angkat kaki dari Goa, anjuran ini tidak memenuhi sasaran karena beberapa tahun kemudian pemerintah India meringkusnya dengan kekuatan senjata. Tambahan pula, dalam tiga puluh tahun terakhir, India terlibat perang tiga kali dengan Pakistan dan perang perbatasan dengan Cina. Lain-lain negeri juga ogah-ogahan menerima ajaran Gandhi berikut tekniknya. Secara kasarnya, tujuh puluh tahun terhitung sejak Gandhi memperkenalkan teknik "tanpa kekerasan" itu, dunia baku hantam yang penuh gelimang darah. Baku hantam paling hebat dalam sejarah.
Haruskah kita menyimpulkan bahwa selaku filosof Gandhi jelas jelas gagal? Pada saat sekarang ini tampaknya memang begitulah; tetapi, layak diingat bahwa tiga puluh tahun sesudah tiadanya Nabi Isa, seorang Romawi yang cerdas dan sarat informasi tak bisa tidak akan berkesimpulan bahwa Nabi Isa dari Nazareth merupakan suatu "kegagalan" apabila betul-betul dia mendengarkan dan mengikuti Nabi Isa secara keseluruhan! Dan pula tak seorang pun bisa membayangkan di tahun 450 SM betapa akan berpengaruhnya Kong Hu-Cu pada akhirnya. Menilai sejauh apa yang sudah terjadi, Gandhi tampaknya layak hanya termasuk dalam kelompok "orang-orang terhormat."
Presiden Amerika Serikat ke- 16 ini, Abraham Lincoln, salah seorang yang paling termasyhur dan tokoh politik yang mengagumkan yang pernah dipunyai Amerika Serikat --atau negeri mana pun juga. Nah, kalau begitu halnya, sebab apa dia tidak termasuk dalam daftar urutan utama? Apakah pembebasan 3.500.000 budak belian bukan
suatu karya besar?
Memang begitu. Tetapi, bila kita tengok ke belakang, akan tampaklah bahwa kekuatan di seluruh dunia memang berjuang keras tak tertahankan oleh kekuatan apa pun untuk melenyapkan segala bentuk perbudakan. Banyak negara-negara telah menghapuskan sistem perbudakan bahkan sebelum Lincoln memerintah, dan dalam tempo lima puluh lima tahun sesudah meninggalnya, sebagian besar negara berbuat begitu. Yang paling bisa dihargai dari karya Lincoln adalah mempercepat proses itu di suatu negeri, Amerika Serikat.
Walau bagaimanapun, jasa hasil karya Lincoln terbesar adalah mempertahankan kesatuan Amerika Serikat menghadapi usaha pemisahan diri negara-negara bagian sebelah selatan negeri. Untuk perbuatan ini saja dia berhak dicantumkan dalam daftar urutan buku ini.
Tetapi, melalui pemilihan Lincoln-lah yang jadi sebab pemisahan negara-negara bagian sebelah selatan itu. Dan tidak juga bisa dipastikan Utara akan gagal memenangkan perang saudara apabila orang selain Lincoln jadi presiden. Dan di atas segala-galanya, Utara membuka peperangan dengan modal yang lebih unggul ditilik dari sudut jumlah penduduk dan juga lebih besar dalam hasil industri.
Bahkan apabila Utara tidak memenangkan perang, secara keseluruhan jalannya sejarah tidak akan mengalami perubahan besar. Kaitan bahasa, agama, kebudayaan dan perdagangan antara Utara dan Selatan begitu eratnya keduanya akan bersatu juga. Jikalau perpecahan berlangsung selama dua puluh tahun, atau taruhlah, lima puluh tahun, ini pun hanya merupakan peristiwa kecil saja dalam sejarah dunia. (Layak diingat bahwa meski tanpa Selatan, Amerika Serikat sekarang tetap jadi negeri nomor empat terbesar penduduknya di dunia, dan akan tetap jadi negeri industri yang paling terkemuka).
Apakah ini berarti Lincoln tokoh yang samasekali tak penting? Samasekali bukan. Kariernya telah memberi pengaruh mendalam kepada jutaan orang dalam satu generasi. Namun, dia belum setara pentingnya seperti Mahavira yang pengaruhnya berlangsung terus berabad-abad.
John Fitzgerald Kennedy lahir tahun 1917 di Brookline, Massachusetts. Dia jadi Presiden Amerika Serikat mulai 20 Januari 1961 sampai 22 Nopember 1963 ketika dia terbunuh di Dallas, Texas. Saya akan menyisihkan sebagian besar data biografisnya, karena soal itu sudah sama diketahui dan karena umumnya politik dan kegiatan pribadi Kennedy relevansinya sedikit dengan hadirnya dia dalam daftar buku ini.
Seribu tahun yang akan datang, baik "Peace Corps" atau "Alliance for Progress" maupun peristiwa "Teluk Babi" tidak akan diingat orang. Begitu juga tindakan politik Kennedy di bidang pajak dan perundang-undangan hak-hak sipil. John F. Kennedy dicantumkan dalam daftar buku ini hanya karena satu alasan saja: dialah orang yang bertanggung jawab terhadap pendirian "Program Ruang Angkasa, Apollo." Kalaulah manusia tidak melontarkan benda kecil di sela-sela waktu yang senantiasa sibuk, kita bisa pastikan bahwa bahkan 5000 tahun yang akan datang perjalanan kita ke bulan masih dianggap suatu peristiwa luar biasa, satu kejadian penting dalam sejarah kemanusiaan.
Saya akan perbincangkan arti penting program ke bulan lebih lanjut. Pertama, ijinkan saya menghubungkan masalah ini dengan suatu pertanyaan, apakah betul John F. Kennedy orang yang paling besar peranannya dalam perjalanan ke bulan ini. Apakah bukannya Neil Amstrong atau Edwin Aldrin, orang pertama yang sesungguhnya menginjakkan kaki di bulan? Jika kita meletakkan nama orang dalam daftar buku ini atas dasar kemasyhurannya dalam jangka panjang, mungkin mestinya begitu, karena menurut dugaan saya Neil Amstrong lebih mirip akan dikenang orang 5000 tahun yang akan datang dibanding John F. Kennedy. Tetapi dari sudut pengaruh, Neil Amstrong dan Edwin Aldrin samasekali tidak penting. Andaikata oleh sebab ini atau sebab itu kedua orang itu mati dua bulan sebelum peluncuran Apollo 11, akan ada selusin astronot yang terlatih baik dan berkemampuan tinggi yang siap menggantikannya meluncur ke bulan.
Ataukah penghargaan harus kita berikan kepada Wernher von Braun atau ilmuwan lain atau insinyur lain yang sudah beri sumbangan pikiran dan tenaga yang memungkinkan terjadinya penjelajahan ruang angkasa itu? Tak ragu lagi Wernher von Braun punya saham lebih besar dalam hal memajukan penggalian misteri ruang angkasa (seperti juga dilakukan pendahulunya semisal Konstantin Tsiolkovsky, Robert H. Goddard dan Hermann Oberth). Tetapi, sekali keputusan politik telah diambil untuk pelaksanaan proyek Apollo, tak seorang ilmuwan pun --tak juga kelompok mereka yang terdiri dari ahli-ahli jempolan-- mampu menerobos masalah yang rumit ini. Pendobrakan kerumitan perjalanan ke bulan itu bukanlah semata-mata kemajuan ilmiah, melainkan suatu keputusan politik. Politiklah yang menyalakan lampu kuning dan menyediakan 24 milyar dolar untuk proyek ini.
Tanggal 20 Juli 1969 astronot Apollo 11 meninggalkan jejak telapak kaki di permukaan bulan, memenuhi janji Kennedy bulan Mei 1961 akan mendaratkan kendaraan ruang angkasa bermanusia di bulan "sebelum akhir dekade ini"
Nah, bagaimana soal keputusan politik itu? Apakah cepat atau lambat keputusan itu akan datang juga walau tanpa John F. Kennedy? Saya duga keras --meskipun hal ini belum begitu pasti-- pada suatu saat suatu pemerintahan akan ambil keputusan membiayai perjalanan manusia ke bulan. Tentu saja, John F. Kennedy tidak memaksakan program ini bilamana rakyat keberatan.
Di lain pihak, tak ada tekanan dan desakan rakyat terhadap pelaksanaan proyek yang berbiaya bukan alang kepalang besarnya. Apabila di tahun 1959 atau di tahun 1960, Kongres Amerika Serikat mengesahkan program Apollo dan menyediakan dana untuk itu, dan apabila undang-undang itu telah diveto oleh Presiden Eisenhower, bisalah dibilang bahwa Kennedy sekedar terbawa oleh arus opini publik. Tetapi, fakta yang ada menunjukkan kebalikannya: banyak orang Amerika menghendaki adanya program ruang angkasa, tetapi tak ada ribut-ribut dalam masyarakat yang keberatan terhadap suatu program besar-besaran. Bahkan sesudah Apollo 11 sukses, tak ada pergunjingan publik yang berarti terhadap masalah apakah program itu memang bermanfaat dengan ongkos sebesar itu. Sejak tahun 1969, tentu saja, anggaran NASA merosot deras sekali.
Karena itu gamblang sekali, adalah karena kepemimpinan John F. Kennedy yang menyebabkan program Apollo itu bisa berjalan. Kennedylah yang pada tanggal 1 Mei 1961 berjanji bahwa Amerika Serikat akan mendaratkan kendaraan ruang angkasa bermuatan manusia di bulan "sebelum akhir dekade ini." Adalah Kennedy yang peroleh dana dari Kongres, dan di bawah Kennedy-lah program itu dirancang. Orang bisa saja yakin bahwa program ke bulan akan terjadi cepat atau lambat (sesuatu yang sebetulnya belum pasti); tetapi yang sudah jelas Kennedy-lah yang melakukannya.
Beberapa orang, tentu saja, masih merasa bahwa proyek Apollo hanyalah sekedar sok-sok-an saja dan tak punya arti penting. Selama ini tidak tampak gelagat memperingati tanggal 20 Juli 1969 sebagai hari bersejarah, misalnya hari nasional. Sebaliknya, kita pun tahu meskipun hari Colombus tidak diperingati di abad ke-16, dia diperingati sekarang ini sebagai tanda terbitnya fajar jaman baru.
Bahkan, jika proyek Apollo tak pernah diteruskan, toh masih akan dikenang terus sebagai hasil karya terbesar dalam perpacuan manusia mencapai prestasi tertinggi. Tetapi, saya kira, program Apollo akan diteruskan dan perjalanan ke ruang angkasa akan memegang peranan lebih besar di masa depan daripada sebelumnya. Jika demikian halnya, anak cucu kita akan merasa bahwa perjalanan Apollo 11, seperti halnya perjalanan Colombus menyeberangi Samudera Atlantik, merupakan satu titik tolak dari seluruh era baru dalam sejarah manusia.
Lahir tahun 1732 di Wakefield, Virgina, anak petani berada, George Washington mewarisi sebidang perkebunan yang luas pada umur dua puluh tujuh tahun. Dari tahun 1753-1758 Washington masuk dinas tentara, ambil bagian aktif dalam peperangan tentara Perancis lawan Indian, dan peroleh banyak pengalaman dan pujian. Dia kembali ke Virginia akhir tahun 1758, dan ambil pensiun. Tak lama kemudian dia kawindengan Martha Dandridge Custis janda kaya beranak dua. (Dia sendiri tak pernah punya anak).
Washington dalam lima belas tahun berikutnya mengelola perkebunannya dengan pengelolaan yang rapi. Di tahun 1774, tatkala dia terpilih jadi wakil Virginia menghadiri Kongres Kontinental Pertama, dia merupakan orang terkaya di koloni Amerika. Washington bukanlah orang pertama yang menyerukan kemerdekaan; tetapi di bulan Juni 1775 dalam Kongres Kontinental kedua (yang dia juga jadi wakil Virginia), dia terpilih jadi panglima tentara seluruh Kontinental. Pengalaman militernya, kekayaannya dan reputasinya, potongan badannya (tinggi kekar 1,9 m), bakat administratomya dan --di atas segala-galanya-- pendirian dan watak yang tegas, menopangnya sehingga dapat menduduki posisi itu. Sepanjang pertempuran dilakukannya tanpa imbalan uang serta memberi contoh-contoh pengabdian yang tanpa pamrih.
Keberhasilan Washington yang paling menonjol dirampungkannya sekitar tahun 1775 tatkala dia memimpin pasukan Kontinental dan di bulan Maret 1797 tatkala masa jabatan kepresidenannya yang ke-2 berakhir. Dia menghembuskan nafas terakhir di rumahnya di Mount Vernon, Virginia, bulan Desember 1799.
Kedudukan kuncinya yang menentukan dalam rangka mendirikan negara Amerika Serikat berangkat dari tiga macam peranan yang dimainkannya.
Pertama, dia merupakan pimpinan militer yang berhasil dalam perang kemerdekaan Amerika. Memang benar, Washington bukanlah seorang militer yang genius, tidaklah lebih menonjol ketimbang Alexander Yang Agung, Yulius Caesar. Tetapi, perlu diingat, sementara banyak panglima Amerika menderita kekalahan berat, Washington (meskipun mengalami juga beberapa kekalahan kecil) masih mampu meneruskan pertempuran dan membawa panji-panji kemenangan.
Kedua, Washington menjadi ketua konvensi konstitusi. Kendati ide-ide Washington tidaklah memainkan peranan menentukan dalam penyusunan konstitusi Amerika, tetapi dorongannya, nama baiknya, menentukan sekali tatkala pengesahannya. Saat itu ada tantangan terhadap konstitusi baru, dan kalau saja tanpa pengaruh Washington rasanya konstitusi itu sukar diterima.
Ketiga, Washington merupakan presiden pertama Republik Amerika Serikat. Amerika Serikat sesungguhnya layak merasa beruntung punya presiden pertama yang punya bobot besar dan karakter kuat. Coba saja lihat dan bandingkan dengan begitu banyak contoh negara-negara di Amerika Latin maupun Afrika yang walaupun didirikan lewat dasar konstitusi demokratis tetapi teramat cepat merosot jadi diktator militer. Sedangkan Washington dengan teguhnya memelihara republik dari perpecahan tanpa diiringi ambisi terus-terusan berkuasa. Dia tidak sudi jadi raja maupun diktator. Dialah orang yang menanamkan kaidah perlunya perpindahan kekuasaan dari satu tangan ke tangan lain lewat cara damai. Kaidah ini tetap dianut di Amerika Serikat hingga saat ini.
George Washington bukanlah pemikir murni dan tajam seperti halnya pemuka-pemuka Amerika lain pada jamannya seperti Thomas Jefferson, James Madison, Alexander Hamilton dan Benjamin Franklin. Namun, dia lebih unggul dari semua mereka itu. Soalnya, Washington --baik saat perang maupun saat damai-- senantiasa memberi sumbangan dalam bentuk kekuatan watak dalam kepemimpinan pemerintahan, yang tanpa dia tak bakal ada langkah-langkah politik yang berhasil. Saham peranan Madison dalam pembentukan Republik Amerika Serikat adalah penting, tetapi dalam kaitan ini apa yang dilakukan Washington pun hampir sama penting dan menentukannya.
Pencantuman George Washington dalam daftar urutan buku ini sebagian besar tergantung dari penilaian historis mengenai berdirinya sebuah Republik Amerika Serikat. Penentuan yang tak berpihak mengenai arti penting berdirinya Amerika Serikat tentu saja sulit dilakukan oleh seorang Amerika yang hidup sekarang ini. Kendati Amerika Serikat dipertengahan abad ke-20 memegang posisi keunggulan militer dan punya pengaruh politik bahkan lebih besar dari apa yang pernah dimiliki oleh Kekaisaran Romawi pada saat puncak kejayaannya, tetapi kekuatan politiknya tidaklah berlangsung lama seperti halnya Romawi. Sebaliknya, jelas sekali bahwa beberapa kemajuan teknologi yang dicapai Amerika Serikat dianggap punya arti besar oleh kebudayaan lain dan pada saat yang lain. Penemuan pesawat terbang --misalnya-- dan pendaratan manusia di bulan telah merealisir impian jaman lampau dan tampaknya tak terbayangkan bahwa penemuan senjata nuklir dapat terbukti.
Karena George Washington seorang tokoh politik Amerika yang secara umum dapat dihubungkan dengan Augustus Caesar dari Romawi, tampaknya layak menempatkan kedudukan Washington dalam daftar hampir berdekatan dengan Augustus. Jika Washington diletakkan lebih bawah, ini semata-mata karena masa kepemimpinannya lebih singkat ketimbang pemerintahan Augustus, dan karena banyak tokoh (seperti Thomas Jefferson dan James Madision) juga memainkan peranan penting dalam pembentukan Republik Amerika Serikat. Tetapi, kedudukan urutan George Washington lebih tinggi dari tokoh-tokoh seperti Alexander Yang Agung dan Napoleon karena hasil karya Washington dan keberhasilan-keberhasilan yang diperbuatnya begitu punya daya jangkau pengaruh yang lebih jauh dan lestari.
Vladimir Ilyich Ulyanov Lenin seorang pemimpin politik yang paling bertanggung jawab terhadap berdirinya Komunisme di Rusia. Sebagai penganut Karl Marx yang gigih dan setia, Lenin meletakkan dasar politik yang hanya bisa dibayangkan oleh Karl Marx seorang. Begitu cepatnya Lenin menyebar Komunisme ke seluruh penjuru dunia, dia mesti diakui sebagai salah seorang yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia.
Lahir di Simbirsk (kini ganti jadi Ulyanovsk untuk menghormatinya) pada tahun 1870. Ayahnya seorang pegawai negeri yang patuh tetapi kakaknya Alexander adalah seorang radikal yang dijatuhi hukuman mati karena ambil bagian dalam komplotan mau bunuh Tsar. Pada umur dua puluh tiga Lenin sudah menjadi seorang Marxis yang berkobar-kobar. Bulan Desember 1895 dia ditahan oleh pemerintah Tsar karena kegiatan revolusionernya dan dijebloskan ke dalam penjara selama empat belas bulan. Sesudah itu dia dibuang ke Siberia.
Selama tiga tahun di Siberia (yang tampaknya tidak digubrisnya sebagai siksaan) dia kawin dengan wanita yang juga berfaham revolusioner dan menulis buku Pertumbuhan Kapitalisme di Rusia. Masa pembuangannya di Siberia berakhir bulan Februari 1900 dan beberapa bulan kemudian Lenin melakukan perjalanan ke Eropa Barat. Tak kurang dari tujuh belas tahun lamanya dia berkelana, menjadi seorang mahaguru revolusioner. Tatkala Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia dimana Lenin jadi anggota pecah jadi dua bagian, Lenin jadi pimpinan pecahan yang lebih besar, Bolsheviks.
Perang Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik militer maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat kepada sistem pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di bulan Maret tahun 1917 dan untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. Begitu mendengar kejatuhan Tsar, Lenin buru-buru pulang ke .Rusia dan sesampainya di negeri asalnya ia dengan cepat dapat melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. Karena itu Lenin mendorong kaum Bolshevik melompat kedepan mengguhngkan pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pemberontakan di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru.
Selaku kepala pemerintahan, Lenin keras tetapi di lain pihak dia amat pragmatis. Mula-mula dia ajukan tekanan yang tak kenal kompromi adanya masa transisi singkat menuju masyarakat yang ekonominya sepenuhnya berdasar sosialisme. Ketika ini tidak jalan, dengan luwes Lenin mundur dan mengambil jalan sistem ekonomi campuran kapitalis-sosialistis. Ini berjalan di Uni Soviet selama beberapa tahun.
Di bulan Mei 1922 Lenin sakit keras sehingga antara serangan sakit itu hingga wafatnya tahun 1924 praktis Lenin tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu wafat, jasadnya dengan cermat dibalsem dan dipelihara, dibaringkan di musoleum di Lapangan Merah hingga saat ini.
Ciri penting dari Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan Nopember 1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini, sekitar sepertiga penduduk dunia menganut faham Komunis.
Biarpun arti penting Lenin terletak pada seorang pemimpin politik praktis, Lenin juga menunjang pengaruhnya lewat tulisan-tulisan. Pikiran-pikiran Lenin tidaklah bertentangan dengan Marx tetapi ada perubahan tekanan. Lenin kelewat terpukau oleh taktik-taktik revolusi dan dia merasa punya kelebihan khusus dalam urusan ini. Dia tak henti-hentinya menekankan perlunya penggunaan kekerasan: "Tak ada masalah apa pun dalam hubungan perjuangan kelas dapat diselesaikan tanpa kekerasan," adalah ungkapan khasnya. Marx hanya mengaitkan perlunya kediktatoran proletariat sekali-sekali saja, tetapi Lenin sudah terlalu tergoda dengan itu. Misalnya ucapannya: "Diktatur proletariat tak lain dan tak bukan daripada kekuasaan berdasarkan kekerasan yang tak ada batasnya, baik batas hukum maupun batas aturan absolut."
Ide Lenin tentang kediktatoran sesungguhnya lebih penting ketimbang politik ekonominya. Ciri terpokok pemerintahan Soviet bukanlah di bidang politik ekonominya (banyak pemerintahan sosialis di banyak negeri) tetapi ciri pokoknya lebih terletak pada teknik mempertahankan kekuasaan politik untuk jangka waktu tak terbatas. Terhitung sejak saat Lenin hidup, tak ada satu pun pemerintah Komunis di mana pun juga di dunia ini --sekali berdiri dengan kokohnya-- dapat tergulingkan. Dengan pengawasan yang seksama terhadap semua lembaga kekuasaan dalam negeri --mass media, bank, gereja, serikat buruh dan lain-lain-- pemerintahan Komunis tampaknya sudah mengikis adanya kemungkinan-kemungkinan penggulingan pemerintahan. Bisa saja ada titik-titik lemah pada kekuatannya, tetapi tak seorang pun mampu menemukannya.
Jelas bin jelas Komunisme adalah gerakan besar yang punya arti penting sejarah. Tidaklah jelas benar siapakah yang bisa dianggap paling berpengaruh dalam gerakan ini, Marx atau Lenin. Saya beranggapan Marx punya arti lebih pentirig karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin. Tetapi masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin merupakan faktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa berhasil. Dalam hal memantapkan arti penting Lenin, orang jangan lupa betapa singkatnya masa kekuasaan dipegangnya. Juga, berdirinya diktatur proletariat di Uni Soviet lebih besar berkat Lenin ketimbang penggantinya, Stalin yang lebih keras.
Sepanjang hidupnya Lenin seorang pekerja keras dan tekun. Dia seorang yang kenamaan dan jumlah buku yang ditulisnya tak kurang dari 55 jilid. Dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk tujuan-tujuan revolusi, dan meskipun dia mencintai keluarganya, dia tak mau pekerjaannya terganggu. Ironisnya, biar dia menghabiskan sepenuh umurnya dalam percobaan melenyapkan penindasan, hasil yang dicapainya dari perjuangan adalah penghancuran semua segi kebebasan pribadi.
KARL MARX (1818 - 1883)
Karl Marx, pelopor utama gagasan "sosialisme ilmiah" dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman, Ayahnya ahli hukum dan di umur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn,juga belajar hukum. Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena.
Entah karena lebih tertarik, Marx menceburkan diri ke dunia jurnalistik dan sebentar menjadi redaktur Rheinische Zeitung di Cologne. Tapi, pandangan politiknya yang radikal menyeretnya ke dalam rupa-rupa kesulitan dan memaksanya pindah ke Paris. Di situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich Engels. Tali persahabatan dan persamaan pandangan politik mengikat kedua orang ini selaku dwi tunggal hingga akhir hayatnya.
Marx tak bisa lama tinggal di Paris dan segera ditendang dari sana dan mesti menjinjing koper pindah ke Brussel. Di kota inilah, tahun 1847 dia pertama kali menerbitkan buah pikirannya yang penting dan besar The poverty of philosophy (Kemiskinan filsafat). Tahun berikutnya bersama bergandeng tangan dengan Friederich Engels mereka menerbitkan Communist Manifesto, buku yang akhirnya menjadi bacaan dunia. Pada tahun itu juga Marx kembali ke Cologne untuk kemudian diusir lagi dari sana hanya selang beberapa bulan. Sehabis terusir sana terusir sini, akhirnya Marx menyeberang Selat Canal dan menetap di London hingga akhir hayatnya.
Meskipun ada hanya sedikit uang di koceknya berkat pekerjaan jurnalistik, Marx menghabiskan sejumlah besar waktunya di London melakukan penyelidikan dan menulis buku-buku tentang politik dan ekonomi. (Di tahun-tahun itu Marx dan familinya dapat bantuan ongkos hidup dari Friederich Engels kawan karibnya). Jilid pertama Das Kapital, karya ilmiah Marx terpenting terbit di tahun 1867. Tatkala Marx meninggal di tahun 1883, kedua jilid sambungannya belum sepenuhnya rampung. Kedua jilid sambungannya itu disusun dan diterbitkan oIeh Engels berpegang pada catatan-catatan dan naskah yang ditinggalkan Marx.
Karya tulisan Marx merumuskan dasar teoritis Komunisme. Ditilik dari perkembangan luarbiasa gerakan ini di abad ke-20, sangat layaklah kalau dia mendapat tempat dalam urutan tinggi buku ini. Masalahnya, seberapa tinggi?
Faktor utama bagi keputusan ini adalah perhitungan arti penting Komunis jangka panjang dalam sejarah. Sejak tumbuhnya Komunisme sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah masa kini, terasa sedikit sulit menentukan dengan cermat perspektif masa depannya. Kendati tak seorang pun sanggup memastikan seberapa jauh Komunisme bisa berkembang dan berapa lama ideologi ini bisa bertahan, yang sudah pasti dia merupakan ideologi kuat dan tangguh serta berakar kuat menghunjam ke bumi, dan sudah bisa dipastikan punya pengaruh besar di dunia untuk paling sedikit beberapa abad mendatang.
Pada saat kini, sekitar seabad sesudah kematian Marx, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme sudah mendekati angka 1,3 milyar banyaknya. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia. Bukan sekedar jumlahnya yang mutlak, melainkan juga sebagai kelompok dari keseluruhan penduduk dunia. Ini mengakibatkan kaum Komunis, dan juga sebagian yang bukan Komunis, percaya bahwa di masa depan tidak bisa tidak Marxisme akan merebut kemenangan di seluruh dunia. Namun, adalah sukar untuk memantapkan kebenarannya dengan keyakinan yang tak bergoyah. Telah banyak contoh-contoh ideologi yang tampaknya sangat punya pengaruh penting pada jamannya tapi pada akhirnya melayu dan sirna. (Agama yang didirikan oleh Mani bisa dijadikan misal yang menarik). Jika kita surut ke tahun 1900, akan tampak jelas bahwa demokrasi konstitusional merupakan arus yang akan jadi anutan masa depan. Berpegang pada harapan, tampaknya memang begitu, tapi sekarang tak ada lagi orang yang yakin segalanya sudah terjadi sebagaimana bayangan semula.
Sekarang menyangkut Komunisme. Taruhlah seseorang percaya sangat dan tahu persis betapa hebatnya pengaruh Komunis di dunia saat ini dan di dunia masa depan, orang toh masih mempertanyakan arti penting Karl Marx di dalam gerakan Komunis. Politik pemerintah Uni Soviet sekarang kelihatannya tidak terawasi oleh karya-karya Marx yang menulis dasar-dasar pikiran seperti dialektika gaya Hegel dan tentang teori "nilai lebih." Teori-teori itu kelihatan kecil pengaruhnya dalam praktek perputaran roda politik pemerintah Uni Soviet, baik politik dalam maupun luar negerinya.
Komunisme masa kini menitikberatkan empat ide: (1) Sekelumit kecil orang kaya hidup dalam kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat banyak jumlahnya hidup bergelimang papa sengsara. (2) Cara untuk merombak ketidakadilan ini adalah dengan jalan melaksanakan sistem sosialis, yaitu sistem di mana alat produksi dikuasai negara dan bukannya oleh pribadi swasta. (3) Pada umumnya, satu-satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem sosialis ini adalah lewat revolusi kekerasan. (4) Untuk menjaga kelanggengan sistem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai Komunis dalam jangka waktu yang memadai.
Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx. Sedangkan ide keempat berasal dari gagasan Marx mengenai "diktatur proletariat." Sementara itu, lamanya masa berlaku kediktatoran Soviet sekarang lebih merupakan hasil dari langkah-langkah Lenin dan Stalin daripada gagasan tulisan Marx. Hal ini tampaknya menimbulkan anggapan bahwa pengaruh Marx dalam Komunisme lebih kecil dari kenyataan yang sebenarnya, dan penghargaan orang terhadap tulisan-tulisannya lebih menyerupai sekedar etalasi untuk membenarkan sifat "keilmiahan" daripada ide dan politik yang sudah terlaksana dan diterima.
Sementara boleh jadi ada benarnya juga anggapan itu, namun tampaknya kelewat berlebihan. Lenin misalnya, tidak sekedar menganggap dirinya mengikuti ajaran-ajaran Marx, tapi dia betul-betul membacanya, menghayatinya, dan menerimanya. Dia yakin betul jalan yang dilimpahkannya persis di atas rel yang dibentangkan Marx. Begitu juga terjadi pada diri Mao Tse Tung dan pemuka-pemuka Komunis lain. Memang benar, ide-ide Marx mungkin sudah disalah-artikan dan ditafsirkan lain, tapi hal semacam ini juga berlaku pada ajaran Yesus atau Buddha atau Islam. Andaikata semua politik dasar pemerintah Tiongkok maupun Uni Soviet bertolak langsung dari hasil karya tulisan Marx, dia akan peroleh tingkat urutan lebih tinggi dalam daftar buku ini.
Mungkin bisa diperdebatkan bahwa Lenin, politikus praktis yang sesungguhnya mendirikan negara Komunis, memegang saham besar dalam hal membangun Komunisme sebagai suatu ideologi yang begitu besar pengaruhnya di dunia. Pendapat ini masuk akal. Lenin benar-benar seorang tokoh penting. Tapi, menurut hemat saya, tulisan-tulisan Marx yang begitu hebat pengaruhnya terhadap jalan pikiran bukan saja Lenin tapi juga pemuka-pemuka Komunis lain, jelas punya kedudukan lebih penting.
Juga ada peluang untuk diperdebatkan apakah penghargaan atas terumusnya Marxisme tidak harus dibagi antara Karl Marx dan Friederich Engels. Mereka berdua menulis "Manifesto Komunis" dan Engels jelas punya pengaruh mendalam terhadap penyelesaian final Das Kapital. Meskipun masing-masing menulis buku atas namanya sendiri-sendiri tapi kerjasama intelektual mereka begitu intimnya sehingga hasil keseluruhan dapat dianggap sebagai suatu karya bersama. Memang, Marx dan Engels diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam buku ini walaupun yang dicantumkan cuma nama Marx karena (saya pikir saya benar) dia dianggap partner yang dominan dalam arti luas.
Akhirnya, sering dituding orang bahwa teori Marxis di bidang ekonomi sangatlah buruk dan banyak keliru. Tentu saja, banyak dugaan-dugaan tertentu Marx terbukti meleset. Misalnya, Marx meramalkan bahwa dalam negeri-negeri kapitalis kaum buruh akan semakin melarat dalam perjalanan sang waktu. Jelas, ramalan ini tidak terbukti. Marx juga memperhitungkan bahwa kaum menengah akan disapu dan sebagian besar orang-orangnya akan masuk ke dalam golongan proletar dan hanya sedikit yang bisa bangkit dan masuk dalam kelas kapitalis. Ini pun jelas tak pernah terbukti. Marx juga tampaknya percaya, meningkatnya mekanisasi akan mengurangi keuntungan kaum kapitalis, kepercayaan yang bukan saja salah tapi sekaligus juga tampak tolol. Tapi, terlepas apakah teori ekonominya benar atau salah, semua itu tidak ada sangkut-pautnya dengan pengaruh Marx. Arti penting seorang filosof terletak bukan pada kebenaran pendapatnya tapi terletak pada masalah apakah buah pikirannya telah menggerakkan orang untuk bertindak atau tidak. Diukur dari sudut ini, tak perlu diragukan lagi Karl Marx punya arti penting yang luarbiasa hebatnya.
Pendiri Taman Siswa ini adalah Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28 April 1959 dan dimakamkan di sana.
Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Sumber: Tokoh Indonesia (www.tokohindonesia.com)