| 0 komentar ]

Tadi malam selepas pulang kantor, sambil masak nasi dan sayur kangkung, saya selingi dengan nonton TV, kebetulan ada acara special dialog yang cukup menarik antara host Metro TV, Dalton Tanaraka, dengan Ratna Dewi Soekarno, janda mendiang presiden RI pertama kita, Soekarno. Berawal dari nonton program TV tersebut, menggelitik saya pengen nulis sedikit tentang mantan first lady nya Indonesia yang dalam pemberitaan dikatakan sering bikin “ulah”.

Dalam dialog tersebut, kesan yang saya tangkap dari Madame D Syuga ini adalah wanita yang post power syndrome, yang masih merasa penting. Satu statement yang dia katakan bahwa dia populer dan masih banyak media massa mau mewancarainya, termasuk Metro TV. Menjelang akhir dialog dia lebih berani mengatakan bahwa dia adalah dua ladies yang terkenal di Jepang selain Michiko, namun kemudian dia meralat tiga ladies, dengan buntutnya adalah Yoko Ono.

Lebih lanjut, ditanyakan juga mengenai aktivitas dia selepas jatuhnya rejim Soekarno dan setelah meninggalnya sang “Bapak”, panggilan Dewi kepada Soekarno. Dewi dengan lugas mengatakan bahwa masa2 itu adalah masa2 yang sulit bagi dia, karena saat itu segala hal yang berbau Soekarno akan mendapat kesulitan dari sang rejim Soeharto. Untuk survive, sang dewi ini banting tulang dalam berbagai kegiatan bisnis, dari bisnis yang “mengernyitkan dahi” seperti kerja di pub porno di Paris sampai kerja di perusahaan minyak.

Dalam dialog tersebut juga ditanyakan kesan tentang beberapa nama seperti orang2 yang “berkhianat”, Ginanjar Kartasasmita, yang diakuinya saat itu dikirim Soekarno untuk belajar ke Jepang, namun kemudian tidak membantunya sama sekali bahkan hanya untuk masuk dalam daftar perusahaan rekanan Pertamina. Ketika disinggung tentang presiden SBY, dia seperti antusias menjawabnya, bahwa secara phisically, SBY pantas menjadi presiden. Mengenai Megawati, dia berujar bahwa Megawati telah belajar dari pengalaman menjadi presiden sebelumnya dan dia dapat menjadi presiden yang lebih baik lagi, namun demikian untuk saat ini masih sulit untuk seorang wanita menjadi presiden di Indonesia. Tentang pemberitaan bahwa dirinya pernah menyebut Soeharto sebagai Pol Pot-nya Indonesia, Dewi menyanggah habis2an, entahlah, siapa yang benar..

Menonton acara tersebut dengan durasi sekitar 30an menit memang tidak akan mendapatkan gambaran penuh sosok Dewi Soekarno. Setidaknya kita harus kilas balik ke belakang pemberitaan2 sang Dewi.

Sekilas tentang latar belakang Ratna Dewi Soekarno, Dewi yang bernama asli Naoko Nemoto, sering dikatakan sebagai seorang Geisha yang diumpankan para pebisnis Jepang untuk urusan politik bisnis saat Soekarno mengunjugi sebuah night club di Tokyo, dan Dewi sebagai seorang penghibur kala itu menyambut sang presiden dan menyanyikan lagu Bengawan Solo. Kala itu sang dewi berumur 19.

Dengan dicomblangi Masao Kubo, Direktur Utama Tonichi Inc, hubungan mereka berlanjut sampai ke pelaminan, 3 Maret 1962. Berkat peran Dewi itulah, Tonichi katanya mendapatkan banyak proyek dari Pemerintah RI. Kehadiran Dewi mampu menyisihkan Sakiko Kanase, yang lebih dulu diperkenalkan kepada Soekarno oleh perusahaan Kinoshita. Sakiko, yang sempat masuk Islam dan berganti nama menjadi Saliku Maisaroh, kecewa dan bunuh diri, tiga minggu setelah Dewi menikah dengan Soekarno. Dari beberapa kasus yang muncul belakangan ini, seperti perseteruannya dengan Tomy Winata, tentang sengketa tanah di SCBD, Sudirman, sedikit banyak dapat memberikan gambaran bahwa sosok Dewi kala Soekarno berkuasa banyak berperan dan berpengaruh. Juga tentang proyek2 perusahaan Jepang di Indonesia membuktikan dia punya andil besar dalam melobi dan mempengaruhi sang presiden. Kepiawaiannya itu jauh melebihi istri2 presiden yang lain seperti Fatmawati dan Hartini, yang lebih terlihat sebagai sosok yang nrimo..

Sosok Dewi selanjutnya banyak disorot setelah dia hijrah dari Indonesia pasca kejatuhan dan meninggalnya Soekarno. Kepiawaiannya dalam bergaul dikalangan jet set, dengan embel2 mantan first lady Seokarno, sering jadi bahan berita. Satu hari, ia diberitakan berantem dengan rekan bisnisnya dalam sebuah club yang mengakibatkan dia harus merasakan terali besi. Yang lebih menghebohkan lagi adalah buku biografi tanpa kata, hanya kumpulan foto yang menggambarkan perjalanan hidupnya, Madame D Syuga, yang diakuinya sebagai hasil seni dengan kualitas yang tinggi bukan sebagai produk pornography. Di Jepang, konon namanya masih berkibar dengan membuat program variety show untuk para ibu2 ataupun menjadi juri beauty contess Miss International yang di selenggarakan di Jepang. Diapun aktif dalam beberapa kegiatan amal untuk kegiatan kemanusiaan.

Dewi, agaknya enggan menanggalkan nama pemberian sang “Bapak”. Nama sang Dewi Soekarno terus melekat dalam setiap aktivitasnya, baik yang positif ataupun yang bikin heboh. Entahlah, apa kita harus bangga dengan kemauan Naoko Nemoto memakai nama identitas orang Indonesia atau malah malu??

Referensi:
Metro TV
Gatra.com

sumber : http://papahnyalazuward.wordpress.com

0 komentar

Posting Komentar