| 2 komentar ]

Kita semua, dimanapun didunia ini, hidup di zaman pembangunan bangsa-bangsa dari runtuhnya imperium-imperium. Inilah zaman bangkitnya bangsa-bangsa dan bergejolaknya nasionalisme. Menutup mata akan kenyataan ini adalah membuta terhadap sejarah, tidak mengindahkan takdir dan menolak kenyataan dan realita bangsa.

Kita harus melangkah dengan tegak, walaupun hujan pelor, tidak boleh kita menyingkir. Proklamasi itu bukan hasrat dan cita-cita saja, tetapi proklamasi itu adalah satu faith, satu fact dan satu kejadian yang sah, karena tiap-tiap bangsa berhak memproklamirkan kemerdekaannya dan bila sudah memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian membelanya dan mengawalnya hingga mencapai sebuah kemerdekaan yang 100% yang didambakan sejak dulu kala.

Dari mulai korupsi di tingkatan elite politik, hidup yang semakin menyekik urat saraf perekonoman rakyat miskin, yang semakin menyusahkan rakyat banyak. Sampai kapan bangsa ini terpuruk? Apakah sampai negara ini terpecah belah barulah akan bangkit sebuah kesejahteraan yang didambakan! Memang kita butuh sosok pemimpin yang cerdas yang bisa melihat dan tangkas dalam menyikapi kebusukan bangsa ini. Orang yang kehilangan kekuasaan ekonomi, akan kehilangan kekuatan politik. Orang yang hidup meminjam, mesti menjadi hamba peminjam. Begitu juga dengan negara.

Nasionalisasikan aset-aset bangsa, sejahterakan buruh dan rakyat, hancurkan dinding imperialisme dan kolonialisme yang telah menginjak-injak harga diri keutuhan bangsa ini. Sudah saatnya kaum-kaum pemberontak menggaungkan kata Revolusioner kedalam hati, jiwa dan raga untuk membentuk satu keluruhan nilai budaya.

Bangsa Indonesia yang menghendaki kemerdekaan pasti mengerti benar tugas dan akibat dari dari perbuatan serta kemenangannya. Mulai sekarang ia harus menumbuh kembangkan semangat juang terhadap imperialisme barat, baik dalam perdagangan ataupun militer. Jangan sekali-sekali kita mundur atau meninggalkan perjalanan yang dicita-citakan. Singsingkanlah lengan baju dengan segera buat menghidupkan serta menyatukan semua kekuatan nasional; seterusnya, ciptakan satu pertalian dengan bangsa dan budaya sendiri.

Akan tetapi, jangan kita menggantungkan diri semata-mata pada pertolongan luar negeri. Hendaknya kita berkeyakinan kepada kekuatan sendiri dari awal sampai akhir.

"mandiri atau mati"
Aroel

2 komentar

Unknown mengatakan... @ 20 Desember 2008 pukul 22.15

yap, negeriku ini memang belum selesai proses pembentukannya, dan proses dialektik ini akan berlangsung lama sekali jika tidak muncul kesadaran yang baru..

Ikhsan Abu Disa mengatakan... @ 22 Desember 2008 pukul 21.34

hidup dan mandiri

Posting Komentar