| 8 komentar ]

Ketika sorang gadis dilecehkan, di rendahkan harkatnya dengan pelecehan sex, kita sama-sama naik pitam dan sama-sama menuding serta memaki-maki lelaki yang telah melakukannya. Bagaimana, wanita itu seperti juga lelaki yang harus duduk sama tinggi dan jongkok sama rendah. Sebab kaum lelaki akan dengan setia mengitip celah sempit itu hingga berjam-jam. Lagian ini bukan lagi era dimana wanita hanya berfundsi sebagai pembuat kopi suami, tapi wanta sudah beremansipasi, sudah mampu menandingin lelaki dan membuktikan bisa berkompetisi dengan sehat.

Lantas jika pelecehan seksual terus berlamgsung, siapa yang harus disalahkan? Tentu dengan mudah kita akan menunjuk tangan-tangan iseng lelaki sebagai pelaku utama. Tapai jangan lupa, ada api pasti ada sebab. Lantas apa penyebabnya?

Sebelum mari bersama-sama kita bercermin. Wanita dimata pria identik dengan keindahan. Hal ini jelas sekali tersirat dari pelukis-peluksi pria yang sangat gemar mengabadikan sosok wanita di dalam kanvasnya. Dan itu sangat alamiah, sangat manusiawi dan wajar. Karena memang makhluk yang bernama wanita itu dilebihkan dengan daya tarik. Silahkan simak puisi tentang cinta, ada sejuta bahkan lebih pujian untuk wanita dari pria. Ini bukan semata karena cinta, tapi karena daya tarik. Bukankah cinta berawal dari rasa tertarik?

Dan agaknya ada sedikit pergeseran moral di kalangan wanita. Wanita sekarang tak perlu lagi bersikap malu-malu, karena itu hanya menghambat tujuan. Wanita sudah berani bersikap, sudah berani mendobrak tata nilai yang selama ini dianggap tabu. Termasuk menentukan pilihan sendiri. Segingga ketika beberapa kawan gadis kita memakai rok mini plus kemeja tanpa bra, kita hanya manggut-manggut ketika mereka bicara tentang kebebasan bersikap. Karena toh diam-diam kita (pria) juga menikmati “tontonan” Cuma-Cuma tersebut. Belum lagi eksploitasi tubuh wanita yang kerap disamarkan sebagai karya seni dibeberapa majalah yang membuat lelaki “sumringah”.

Apakah semua ini bagian dari emansipasi? Tentu saja tidak. Karena ibu kita Kartini tak kan sampai hati anak cucunya menjadi objek nafsu dangkal kaum lelaki. Hanya kitalah yang mungkin terlalu pandai sehingga menefsirkan emnsipasi melebihi dosis yang ditentukan. Karena itu sama-sama kita bercermin. Tak perlu mencari kambing hitam, karena bukan musthail kambing hitam itu adalah bayangan kita sendiri. Mari sama-sama kiota berbenah, sama-sama mengancingkan baju, sama-sama menutup resleting, sama-sama menggantungkan rok mini dibalik pintu, sama-sama malu diintip dan mengintip mulai sekarang. Biar pelecehan itu tak semakin menyevar bagaikan virus.

email : suarabersama@gmail.com

8 komentar

Senoaji mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 12.11

terkadang...perempuan dan lelaki ketika disetarkan sejajar adalah ketika mereka berak sama duduk atau sama jongkok. karena bukan persoalan emansipasi, tapi gaya hidup, pola pikir dan tentu saja, capek di batasi dibagian tertentu oleh aturan dan segala tektek bengeknya. ayo giatkan gerakan kelamin bersopan santun, sopan ketika nafsu santun dalam tingkah laku wkwkwkwkwkwk [gak nyambung pol] maafkan maafkan maafkan....

tabiek
senoaji

Anonim mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 12.46

tanpa peran wanita, negara kita pasti tidak maju-maju....

KESEDERHANAAN mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 14.12

IBu ku wanita yang baik dan selalu berkorban untuk keluarganya...
cukup Islam yang mengaturnya sdh jelas...

Anonim mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 14.13

Taruh piring pada rak-nya.
Letakkan sesuatu pada tempatnya. kalau mau ber-rok mini ria, berbikini ria, bertelanjang ria, silahkan ! Tapi jangan jadikan untuk konsumsi publik, walaupun untuk publik terbatas.

Anonim mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 15.29

Gak usah terlalu jauh sampai ke negara, di lingkup keluarga saja ... betapa peran wanita, yaitu ibu dan istri, sangat menentukan.

Pelecehan terhadap wanita, hanya dilakukan oleh lelaki bodoh yang tak pandai mengendalikan hawa nafsunya.

Anonim mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 15.54

duh wanita itu sangat berperan dalam kehidupan heueheue...
ibuku dan ibumu itu ibu2 wakakaka

Cebong Ipiet mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 16.04

ibu ku g mudeng emansipasi
cukuplah agama, yg mengajarkannya berperilaku

heheheh sekarang mah udah banyak yg overdosis dg kebebasan

Anonim mengatakan... @ 23 Januari 2009 pukul 17.01

@ Senoaji
nyambung kok bang Senoaji, gak usah minta maaf abang benar.. he.2.
@ suryaden
yang saya tahu "wanita racun dunia"... huaa.. becanda bang, abang benar juga... ^^
@ KESEDERHANAAN
ibu ku juga wanita yang baik.. he...2
@ sibaho
setubuh buat bang sibaho....
@ deden
benar hanya lelaki bodoh yang berbuat itu... tapi wanita juga harus jaga di ruang publik kata bang sibaho... ^^
@ Frank
ibu kita sama ya franks.. huaaa
@ Cebong Ipiet
benar mbak banyak yang overdosis... wakkkk

Posting Komentar