| 3 komentar ]

Matahari sudah terlihat tinggi namun udara masih sejuk. Kupeluk guling dan mencoba mengacuhkan waktu. Berharap mimpi yang semalam singgah kembali hadir pagi ini. Tapi mata ini tak bisa kuajak kompromi segera kubangkit dan membuat secangkir kopi. Baru aku ingat aku kehabisan gula. Dengan sedikit berbasa-basi, aku hutang di warung tetangga. Kebetulan orangnya baik. Akupun bisa menyambut pagi ini dengan aroma kopi. Sambil duduk diberanda depan, aku baca berita di koran pagi ini. Siapa tahu ada lowongan kerja, pikirku.

Terus kutelusuri halaman demi halaman sambil terus ku berharap ada kesempatan kerja. Tiba-tiba mulutku tersenyum, harapanku timbul lagi ketika kutemukan sebuah iklan yang membutuhkan tenaga kerja. Semua syarat yang diminta rasanya bisa kupenuhi. Hanya sial, ya sial sekali, karena surat kaber tersebut sudah terbit sebulan yang lalu.

Beginilah nasib seorang pengangguran. Tak pernah dipusingkan oleh kemacetan dan hiruk-pikuk kota besar. Karena kerjaku hanya bengong, ya bengong. Seperti pagi ini akupun kembali bengong. Terkadang lucu juga. Tapi lama-lama aku sadar hidup menganggur seperti ini tak lucu, malah membosankan. Lalu kuputuskan untuk mencari kerja. Itulah kenapa setiap hari aku selalu bangun pagi, tidak lain hanya untuk melihat kalau-kalau ada lowongan kerja dikoran.

Dan pagi berikutnya, aku telah sibuk membuka halaman demi halaman. Namun tak juga ada lowongan. Hanya saja ada satu berita yang menyentak sekaligus membuatku sewot setengah mati. Dikoran tersebut kubaca berita tentang impor mobil-mobil mewah sementara dibawahnya tertera indeks rupiah yang belum berubah. Ini pasti gila, pikirku. Edan ! ditengah kesengsaraan seperti ini kok masih ada orang yang sempat berfoya-foya. Akalku tak dapat menerima. Sementara makian “gila !” terus keluar dari mulutku.

Menurutku ini benar-benar tidak lucu. Aku memang pengangguran, namun aku tidak terlalu dungu. Aku masih bisa beropini kalau semua ini tidak sama sekali manusiawi. Sebagai pengangguran aku tidak sendiri. Ada berjuta-juta pengangguran dinegeri ini. sehingga wajar saja bila aku sakit hati. Lah kami yang jumlahnya berjuta-juta ini untuk mendapatkan kesempatan kerja sulit bukan main, kok mereka yang sudah mapan malah semakin ditimang. Ataukan memang sudah takdir kami untuk selalu menjadi yang dianggurkan, ditendang, alu dibiarkan terkapar?

Ironisnya, kita selalu dinasehati oleh penguasa negeri kita untuk mengetatkan ikat pinggang. Aku hanya tertawa. Sebab apalagi yang perlu diketatkan kalau jatah makanku saja sudah benar-benar ketat? Dan impor mobil-mobil mewah itu benar-benar membuat jengah. Dan sadar atau tidak, impor mobil mewah-mewah itu semakin memperdalam jurang social yang memang sudah dalam. Sebagai penganggur yang juga anak bangsa, aku merasa telah dikhianati oleh bangsaku sendiri. Dan jelas gara-gara berita mobil mewah itu, kopiku menjadi dingin sehingga terpaksa aku menghutang gula lagi dan akupun terpaksa mengutang dengan kopinya juga. Akupun jadi malu !!!

email : suarabersama@gmail.com

3 komentar

Senoaji mengatakan... @ 25 Januari 2009 pukul 23.17

wah mas saya pernah menjadi lelaki seperti, dan terpaksa drop, karena saya kurang wangi, kurang metroseksual, dan mungkin kecerdasan saya dirasakan buntu karena, minyak rambut saya yang kurang mengkilap. Label, Indonesia [perusahaan2 metrosexsual] butuhnya pekerja2 yang berlabel, dengan cover luar biasa dahsyat.

tabiek
senoaji

Anonim mengatakan... @ 26 Januari 2009 pukul 00.24

Negeri ini luas mas, bukan hanya jakarta....
itu yang impor mobil kan bisa nyetak uang sendiri, diprint kali... huehehehe....

Anonim mengatakan... @ 26 Januari 2009 pukul 12.53

di indonesia, semua yang terjadi memang anomali. berpikir waras malah bisa stress di sini. lalu apa sikap saya? masih bingung :(

Posting Komentar