| 4 komentar ]

Tatkala aku menyarungkan pedang
Dan bersimpuh di atas pangkuanmu,
Tertumpah rasa kerinduanku pada sang Ibu
Tangannya yang halus mulus membelai kepalaku, bergetarlah seluruh jiwa ragaku
Musnahlah seluruh api semangat juangku

Namun sang Ibu berkata” Anakku sayang, apabila kakimu sudah melangkah di tengah padang, tancapkanlah kakimu dalam-dalam dan tetaplah terus bergumam sebab gumam mengandung ribuan makna.

“Apabila gumam sudah menyatu dengan jiwa raga, maka gumam akan berubah menjadi teriakan-teriakan. Yang nantinya akan berubah menjadi gelombang salju yang besar yang nantinya akan mampu merobohkan isatana yang penuh kepalsuan gedung-gedung yang dihuni kaum munafik”

“Tatanan negeri ini sudah hancur Anakku”

“Dihancurkan oleh sang penguasa negeri ini

Mereka hanya bisa bersolek di depan kaca tapi membiarkannya punggungnya penuh noda dan penuh lendir hitan yang baunya kemana mana

Mereka selalu menyemprot kemaluannya dengan parfum luar negeri
Di luar berbau wangi di dalam penuh dengan bakteri
Dan hebatnya sang penguasa negeri ini pandai bermanin akrobat
Tubuhnya mampu dilipat-lipat yang akhirnya. pantat dan kemaluannya sendiri mampu dijilat-jilat
Anakku apabila pedang sudah dicabut janganlah surut janganlah bicara soal menang dan kalah, sebab menang dan kalah hanyalah mimpi, mimpi muncul dari sebuah keinginan,
Keinginan hanyalah sebuah khayalan , yang akan melahirkan harta dan kekuasaan.
Harta dan kekuasaan hanyalah balon-balon sabun yang terbang di udara

Anakku asahlah pedangmu, ajaklah mereka bertarung di tengah padang, lalu tusukkan pedangmu di tengah-tengah selangkangan mereka. Biarkan darah tertumpah di negeri ini”
Satukan gumammu menjadi revolusi!!!
selamat berjuang untuk hidup, keluarga dan Negara serta teruslah berusaha untuk menjadi yang berguna bagi orang banyak...

Dari Wiji Tukul
"VIVALA REVOLUTION"

4 komentar

Anonim mengatakan... @ 19 Januari 2009 pukul 05.46

dahsat...
apa ada virus ya dibalik kursi-kursi kekuasaan itu, mereka nggak tahu kalo virus itu sangat mematikan....

Senoaji mengatakan... @ 19 Januari 2009 pukul 07.55

wiji tukul hilang setelah terakhir bertemu anak dan di istrinya di stasiun tugu, saat rezim soeharto berusaha menghilangkan aktivitis seniman kritis, seperti wiji tukul. postingan cakep mas

tabiek
senoaji

Diana Yusuf mengatakan... @ 19 Januari 2009 pukul 10.00

waduh......pisaunya pasti tajem yah kalo dah di asah

Anonim mengatakan... @ 19 Januari 2009 pukul 12.02

hidup revolusi !!!

Posting Komentar