Sudah cukup kisah heroik tentang gerakan melawan kenaikkan harga bbm. Semua tong kosong nyaring bunyi nya. Sia-sia nyawa yang melayang di Universitas Nasional. Ternyata perjuangan mereka masih setengah hati, ternyata darah mereka tak berarti apa-apa, dan ternyata harga BBM tetap naik dan semua pun seperti tak ingin ketinggalan dengan harga BBM.
Perjuangan sesaat yang membuat kita muak, hanya bacot-bacot yang tak berguna yang mereka lakukan di jalan. Mana kisah perjuangan itu? Sudah tak ada lagi, mati di tinggalkan sang rembulan dan tinggalkan sunyi dan suara menjerit rakyat yang terjepit dengan ekonomi mereka sendiri.
Turunkan SBY dan JK? Batalkan kenaikkan BBM? Itu suara-suara lantang yang pernah kita dengan sebulan yang lalu, suara-suara perlawanan ketika sistem pemerintah mau membunuh rakyat miskin, ketika kebijakan pemerintah tidak berpihak pada rakyat miskin. Namun apa yang kita lihat dengan sekarang? Semua hanya diam, seakan-akan mereka lelah ketika mereka teriak-teriak dijalan. Hanya teriak yang mungkin bisa mereka lakukan, seperti bayi yang baru beberapa bulan mereka hanya bisa menangis. Belum bisa bertindak atau melawan seperti jagoan hero kita.
Dimanakah pemberontak? Mungkin mereka sudah tertidur dan ketika mereka bangun mereka lupa perjuangan mereka ketika waktu itu, dimana harga BBM naik. Dan kini mereka seperti sediakala mengikuti apa kata sang raja.
[7/15/2008 01:59:00 PM
|
0
komentar
]
0 komentar
Posting Komentar