| 12 komentar ]

Sejak dahulu kala Indonesia tersohor sebagai negeri maritim. Secara geografis pun letak Indonesia sangat strategis, yakni di jalur persimpangan perniagaan dunia. Tak mengherankan, jika lautan Nusantara banyak menyimpan harta karun dari kapal-kapal abad lampau yang karam.

Dus, pencurian harta karun kerap terjadi, terutama dalam satu dasawarsa terakhir. Perburuan harta karun pun tak kenal musim. Bayangkan, puluhan ribu harta peninggalan masa lampau dijarah dari dasar samudra. Pelakunya tak hanya dari dalam negeri, pihak asing pun turut bermain. Adapun nilai kerugian akibat pencurian itu sangatlah besar, paling tidak mencapai triliunan rupiah. Suatu jumlah yang besar mengingat saat ini Indonesia masih didera krisis.

Harta karun. Mendengar sebutannya saja pasti terbayang seonggok emas, keramik kuno atau benda berharga lainnya. Tentu ini menggiurkan banyak pihak. Tengok saja Kota Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Perairan Bangka Belitung pun strategis karena bertetangga dengan Selat Malaka. Sejak beberapa abad silam, bahkan ribuan tahun lampau selat ini merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Lantaran itulah, sekitar perairan tersebut, tepatnya di dasar laut diyakini menyimpan banyak harta karun.

Alhasil perdagangan benda-benda yang diangkat dari kapal-kapal karam begitu marak di wilayah barat laut Indonesia ini. Sebut saja jual beli keramik-keramik bernilai historis tinggi. Kota Belitung pun kerap menjadi lokasi pertemuan antara penemu lokasi harta karun dan investor. Kedua pihak biasanya memakai jasa broker atau perantara. Salah satu broker adalah Ali. Ia kerap menjadi penghubung transaksi maupun rencana perburuan harta karun. Itu semua dilakukan di rumahnya.

Di Kota Belitung, geliat perburuan harta karun mulai dari keramik, porselin, patung hingga perhiasan memang sangat mencolok. Di sana terdapat banyak toko tak resmi bebas memperdagangkan benda-benda tersebut. Tak hanya pemain lokal yang memburu harta karun di Belitung. Sejumlah investor besar, juga pernah dan terus memburunya sampai kini.

Itu diakui Adi Agung, salah satu pengusaha pemburu harta karun. Ia mengaku pernah bekerja sama dengan warga Belitung untuk kepentingan eksplorasi harta karun. Namun setelah bekerja selama setahun setengah, pihaknya tak berhasil menemukan banyak benda kuno. Ternyata memang banyak sekali diketemukan lokasi-lokasi [kapal karam]. Tapi isinya sudah tidak ada," papar Adi.

Perairan Belitung, terutama Selat Gelasa dan Selat Gaspar adalah dua tempat yang terkenal di mata pemburu harta karun atau benda muatan kapal tenggelam di dunia. Maklum di perairan ini diperkirakan ada puluhan kapal yang diduga tenggelam pada ratusan tahun silam. Nilainya paling sedikit dapat mencapai puluhan miliar rupiah.

Sayangnya hampir semua perburuan harta karun menyisakan kisah kelam. Mulai dari saling sikut antarpengusaha, konflik kepentingan penguasa hingga hasil penjarahan harta karun yang dibawa ke luar negeri.

Perburuan harta karun di perairan Belitung, bahkan menyeret-nyeret nama-nama besar pemburu harta karun dunia, seperti Michael Hatcher dan Tilman Walterfang. Hatcher, seorang pemburu harta karun kelas kakap dari Autralia berhasil mengangkat lebih dari 400 ribu keramik dari Dinasti Ching (1644-1911) dan membawanya terbang ke balai lelang di Jerman. Dari proyek pengangkatan harta karun kapal Tek Sing ini, Hatcher menangguk untung sekitar 6,5 juta mark Jerman atau setara Rp 32 miliar. Sementara pemerintah Indonesia hanya kebagian 1.400 keping keramik dan Rp 4,2 miliar.

Tak jauh berbeda dengan yang dilakukan Tilman Walterfang. Warga Jerman ini disebut-sebut mengeruk harta karun Kapal Tang Cargo hampir 50 ribu keping artefak. Umumnya berupa keramik asal abad IX Masehi. Nilainya ditaksir mencapai US$ 40 juta. Ironisnya, sebagai pemilik sah, Indonesia hanya kebagian lima persennya saja atau sekitar Rp 22 miliar. Itu pun setelah melalui negosiasi alot. Tilman sukses membawa kabur artefak kuno itu ke Selandia Baru dengan dalih desalinasi atau proses pencucian. Tapi harta karun itu tak pernah kembali ke Bumi Pertiwi.

Dalam penelusuran baru-baru ini, Tim Sigi SCTV menemukan dokumen izin pencucian ke Selandia Baru yang ditandatangani kepala Biro Umum Kantor Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan yang saat itu dijabat Handi Yohandi. Pemerintah Indonesia lagi-lagi kecolongan.

Anehnya perhatian serius justru datang dari pihak asing, seperti Peter Schwarts, ahli keramik Cina. Menurut dia, pihaknya sudah berusaha memberitahukan pemerintah Indonesia tentang pencurian harta karun dari lautan di Indonesia. Sayangnya informasi itu tidak mendapat respons.

Di Belitung, Tim Sigi mencoba mengais cerita tentang jejak Tilman. Namun yang ditemukan hanya bungalow yang disebut-sebut bekas base camp Tilman. Penelusuran dilanjutkan ke Pulau Babi. Di pulau yang tak jauh dari Pulau Belitung itu, ditemukan banyak pecahan-pecahan keramik. Dari ciri-ciri pecahan keramik, diduga benda-benda kuno itu berasal dari Dinasti Ching, sekitar abad ke-16 Masehi. Keramik-keramik ini bagian dari muatan Kapal Tek Sing yang dieksplorasi Hatcher.

Eksplorasi harta karun pun dilangsungkan di perairan Cirebon, Jawa Barat. Pengangkatan ini resmi diketahui pihak pemerintah. Kabarnya harta karun tersebut berasal dari muatan kapal kargo abad 10 Masehi. Kapal itu tenggelam dalam perjalanan dari Kerajaan Sriwijaya menuju Singosari. Menurut survei, kapal itu membawa puluhan ribu keramik kuno dan sejumlah lempeng emas. Nilainya ditaksir mencapai US$ 24 juta atau setara Rp 225 miliar.

Februari tahun depan, harta karun dari perairan Cirebon itu akan dilelang di Balai Lelang Christie`s Belanda. Inilah proyek eksplorasi pertama yang oleh pemerintah dipakai sebagai percontohan pengangkatan harta karun sesuai standar. Suatu proses yang baik, tertata dengan baik, accountable, semua pihak tahu baru dirilis tahun ini," jelas Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi.

Pengangkatan harta karun di perairan Cirebon, bukan tak menemui kendala. Sebelumnya, perusahaan pelaksana eksplorasi di perairan Cirebon, yakni PT Paradigma Putra Sejahtera milik Adi Agung, menerima sejumlah tudingan. Di antaranya tuduhan mempekerjakan tenaga asing ilegal. Tak hanya itu, menurut Adi, pihaknya juga dituding melakukan penjualan ilegal dan pencurian. &Kami dituduh melakukan pengangkatan dengan izin yang palsu," tambah Adi.

Data dari Departemen Kelautan dan Perikanan menyebutkan di perairan Indonesia sedikitnya ada 463 titik tenggelamnya kapal sejak abad XIV hingga XIX. Dari jumlah itu belum banyak yang sudah diangkat dan memberi sumbangan pendapatan negara. Menurut Luc Heyman, investor asing, birokrasi bertele-tele menjadi salah satu kendala mereka. Belum lagi saling sikut di antara mereka yang kerap mewarnai perburuan harta karun di negeri ini.

Salah satu dampaknya, sejumlah tempat harta karun menjadi perburuan tidak resmi antarpencinta benda antik. Hal ini bisa terjadi karena banyak harta karun justru dieksplorasi secara diam-diam oleh penyelam tradisional. Itu diakui Hendro, kolektor keramik. Hendro mengaku beberapa benda koleksinya diperoleh dari para penyelam tradisional yang mendatangi rumahnya.

Perburuan di perairan Bangka Belitung, banyak mengandalkan para penyelam tradisional, terutama para nelayan yang biasa memasang perangkap ikan di dasar laut. Di antaranya Albert dan Beni. Tiga bulan silam, mereka menemukan bangkai kapal di Teluk Gelasa, dekat Kepulauan Bangka Belitung. Kapal yang teronggok di kedalaman 30 meter itu dipenuhi muatan, seperti keramik, porselin hingga senjata. Tim Sigi membuktikan adanya bangkai kapal yang belum jelas asal-muasalnya itu. Di sekitar kapal tersebut ditemukan harta karun berceceran, seperti piring dan botol keramik.

Temuan itu membuktikan bahwa potensi harta karun yang terkubur di dasar lautan Indonesia belum tergarap dengan baik. Tak heran pencurian dan pengangkatan ilegal terus marak. Hal itu diakui Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi. Menurut dia, hampir di seluruh perairan Indonesia, terdapat kapal-kapal yang karam pada beberapa abad silam. Paling banyak terdapat di wilayah paling barat Indonesia. Kita sudah tahu tiap lokasi dan nama jenis kapal ada datanya," kata Freddy.

Freddy mengatakan, terdapat 700 sampai 800 titik harta karun yang potensial untuk diangkat. Namun diakui yang teridentifikasi baru 463 titik. Sampai sekarang lebih kurang sekitar 46 titik yang sudah diangkat atau sekitar 10 persen. "Tapi yang terjual melalui proses pelelangan dengan baik belum ada. Baru direncanakan tahun ini kerja sama dengan [Balai Lelang] Christie`s," tambah dia.

Freddy mengatakan, pengelolaan harta karun dari kapal karam tidak berjalan baik karena maraknya pencurian tersebut. Jika sudah terkena kasus pencurian, barang itu akan anjlok di pasaran. Seperi pengangkatan di Pulau Buaya oleh perusahaan milik Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. Karena terkena kasus pencurian, harga benda-benda yang diangkat anjlok. Barang-barang seperti itu jumlahnya banyak. Ada ribuan potong yang tersimpan di beberapa tempat. Akhirnya diberikan ke museum," jelas Freddy.

Untuk ke depan, Freddy mengatakan, tak menutup kemungkinan pemerintah bekerja sama dengan pihak asing, seperti pemburu harta karun sekelas Hatcher. Tentunya harus melalui izin atau proses yang benar.

Sepanjang waktu perdagangan harta karun memang tak pernah sepi. Maklum, beratus atau beribu tahun lampau, lebih dari 450 kapal bermuatan dikabarkan terkubur di dasar lautan Indonesia.

Namun harta karun itu bukanlah harta tak bertuan. Sepanjang berada di wilayah kekuasaan Indonesia, berapa pun nilai ekonomi dan sejarahnya, tetap itu milik negara. Pengangkatan harta karun secara ilegal oleh siapa pun semestinya tak boleh terjadi lagi. Dan, lebih bijaksana pula, pemerintah segera menyiapkan jurus ampuh" menangkal penjarahan tersebut.

http://www.liputan6.com

12 komentar

Anonim mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 08.47

wow... amazing indonesia!
zamrud katulistiwa yg memang dilirik orang utk kemudian dicuri isinya! *sedih
Nice post, bro. Saya baru tau ternyata emang bener2 ada ya harta karun itu.

suryaden mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 11.13

bisa-bisanya kecolongan yah...
mungkin kita itu terlalu kaya, jadi nggak peduli ato kerasa kalo ada yang ilang...
wah sayang sekali ...

Anonim mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 12.40

sayang sekali ya bro...masa peninggalan sejarah di curi

Anonim mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 13.49

hmmmmmm.... sayang sekali...

trus yang bisa kita lakukan apa?

Anonim mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 13.51

Waduh ga nyangka indonesia punya banyak harta karun. Dulu d indonesia ada bajak laut ga ya. :?

Anonim mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 17.13

saya suka liat film Laksar Pelangi serasa gak di indonesia...

Anonim mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 17.15

wah... kalo ada bajak laut bisa di bajak ya harta karun Indonesia..

Unknown mengatakan... @ 23 Desember 2008 pukul 22.16

tapi ada harta karun terbesar yang perlu kita temukan segera Kang: Kemandirian sebagai bangsa

YAYAN mengatakan... @ 24 Desember 2008 pukul 00.11

weekz...

Anonim mengatakan... @ 24 Desember 2008 pukul 04.14

wuih memang bener ntuh ngara kita mang penuh dengan hasilnya tapi sayang kita gag pernah mendapatkannya alias banyak yang menjarah

Unknown mengatakan... @ 28 Januari 2009 pukul 16.57

kok pemerintah masih mahu kerja sama dengan Hatcher yang berapa kali telah terbukti mencuri dan menipu kerajaan Indonesia anehkan?
Michael Hatcher harus dicekal dan jangan dibenarkan masuk di Indonesia sama sekali.

Anonim mengatakan... @ 17 Maret 2009 pukul 08.30

waduh coba kalo saya bisa nyelam..kaya nya mau tuh ikutan nyari harta karun..jaman lagi susah cari duit,kesempatan bro..di lautan mana lagi kira2 harta karun berada ?soal nya kalo ke pulau babel jauh coy..

Posting Komentar