| 6 komentar ]

Siapakah Pahlawan Indonesia sekarang ini?

Dulu, lewat lembar-lembar sejarah kita mengenal Soekarno, Hatta, W.R Supratman, dan lainnya. Lalu di abad ini, siapakah pahlawan Indonesia?

Seorang teman menjawab dalam bahasa Inggris yang waluapun agak terpatah-patah namun cukup jelas…

“The real heroes in Indonesia today are the Heroes Supermarkets!”



Agak ngawur memang, tapi cukup lucu. Apa maksudnya? Tentu saja, jawaban nyeleneh tersebut, langsung atau tidak langsung, merupakan sindiran betapa saat ini kita kekurangan pahlawan.

Zaman memang telah berubah. Para pejuang dan pahlawan yang dulu gagah kini telah rapuh dimakan usia, tak sedikit pula yang gugur (semoga semangatnya tak pernah rapuh). Zaman telah mengubah ketulusan menjadi pamrih. Kapitalisme pun berkuasa, akarnya menancap dalam setiap otak kita. Dan dibawah kaki kapitalisme setiap orang selalu memikirkan dirinya sendiri. Pada saat yang sama, tak seorangpun yang memikirkan nasib semua orang. Dibawah kapitalisme pula ego manusia berkembang pesat dan ketidak pedulian terhadap sesama merebak dan bahkan menjadi trend. Tak heran jika di pinggir-pinggir rumah mewah, di tepi pingir-pinggir pagar berduri, ada petak-petak rumah yang saling tumpang tindih.

Namun adalah seorang yang sanggup memikirkan semua orang?
Kalau ada dialah pahlawan kita sekarang. Namun benarkah kita membutuhkan pahlawan?

Kalau kita terus mengharapkan datangnya seorang pahlawan, kita hanya akan menjadi pemimpi atau punguk yang merindukan bulan. Kalau toh pahlawan itu benar-benar ada, sanggupkah ia membawa kita semua menuju kesejahteraan? Sanggupkah ia membebaskan kita dari jerat hutang?

Pahlawan bukanlah pesulap yang tinggal berabrakadabra lantas beres. Pahlawan bukan pula superman yang dengan tinjunya mampu melibas setiap kezaliman. Superman bukan pahlawan, ia jagoan (huaaaaaaa, perlu di ingat).

Dan memang yang kita butuhkan saat ini bukanlah pahlawan karena tak seorangpun hingga kini, mampu memikirkan semua orang. Tanpa pahlawan pula bukan berarti dunia ini akan menjadi rimba yang luas.

Kalau sistem berjalan dengan baik,
kalau pengadilan bertugas semestinya,
dan kalau sistem itu mampu memikirkan nasib semua orang,
rimba itu tidak akan tercipta.

Semoga sistem itu kembali berjalan normal, semoga para penggerak sistem itu bukan kanibal yang gemar makan daging sesama.

email : suarabersama@gmail.com

6 komentar

Anonim mengatakan... @ 28 Januari 2009 pukul 03.51

iya...
belom ada ya...
banyak yang jahat sih, dan ngawur

Senoaji mengatakan... @ 28 Januari 2009 pukul 06.11

cucok dengan kalimat terakhir, dan kecenderungan memilih berperan2 didaerah aman, kalo tidak memilih jahat sekalian.

tabiek
senoaji

pongpet mengatakan... @ 28 Januari 2009 pukul 12.07

Kalau sistem berjalan dengan baik,
kalau pengadilan bertugas semestinya,
dan kalau sistem itu mampu memikirkan nasib semua orang,
rimba itu tidak akan tercipta.

sistemnya macet mas... macet karena kebanyakan sistem yang gak jalan dengan baik


pongpet

Anonim mengatakan... @ 28 Januari 2009 pukul 12.24

sistem bagus kayak apa, penentu terakhir: sdm yang handal.
pahlawan? banyak pak, pahlawan kesiangan :D

Diana Yusuf mengatakan... @ 28 Januari 2009 pukul 22.18

banyak pahlawan tapi tidak ada satupun yang menarik selain yang ditulis akang di sini, itu pahlawan yang sebenarnya

admin mengatakan... @ 29 Januari 2009 pukul 01.44

@ suryaden
benar mas...
@ Senoaji
memilih jahat sekalian?.. yo wish kalo gitu mas... he.2..
@ pongpet
setuju banget mas....
@ sibaho
huaaaaaaa... benar pak, saya baru sadar ternyata masih banyak pahlawan di negeri ini
@ Harry Seenthings
makasih kang ....

Posting Komentar